Jumat, 01 November 2013

pembelajaran tematik


BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Keterpaduan pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan  terlatih untuk dapat  menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung  siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik).

B.       Rumusan Masalah
     Dilihat dari latar belakang diatas adapun rumusan masalahnya, yaitu :
1.             Apakah pengertian tematik ?
2.             Apakah landasan yuridis pembelajaran tematik ?
3.             Mencakup apa sajakah Ruang lingkup pembelajaran tematik ?
4.             Apakah karakteristik pembelajaran tematik ?
5.             bagaimanakah rambu-rambu pembelajaran tematik ?
6.             Apakah hakikat pembelajaran tematik ?
7.             Apakah arti penting pembelajaran tematik ?
8.             apakah kelebihan pembelajaran tematik ?
9.             kurikulum apakah yang digunakan dalam pembelajaran tematik ?
10.         bagaimanakah langkah-langkah pemilihan tema ?
11.         Bagaimakah cara penyusunan pembelajaran tematik ?
12.         Bagaimanakah strategi pembelajarannya ?
13.         Bagaimanakah pengolahan kelasnya ?
14.         Bagaimanakah penutup pembelajaran tematik ?

C.       Tujuan dan Manfaat Penulisan
a.    Tujuan Penulisan
Tujuan utama pembuatan makalah ini untuk memenuhi nilai mata kuliah Strategi Pembelajaran. Selanjutnya untuk memaparkan tentang pengertian pembelajaran tematik dan prinsip-prinsipnya yang dilakukan pada sekolah dasar.
b.    Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah penulisan dan pembaca lebih memahami mengenai pembelajaran tematik dan prinsip-prinsipnya.












                                                                                           




BAB II
PEMBAHASAN
                                                       
2.1         Pengertian Tematik
Kata ini berasal dari kata Yunani tithenai yang berarti “menempatkan” atau “meletakkan” dan kemudian kata itu mengalami perkembangan sehigga kata tithenai berubah menjadi tema.
Menurut arti katanya tema berarti ” sesuatu yang telah diuraikan ” atau “ sesuatu yang telah ditempatkan”(Gorys Keraf,2001;107).
Pengertian secara luas, bahwa tema merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh. Dalam pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik dan membuat pembelajaran lebih bermakna. Penggunaan tema dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas.
Pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Keterpaduan pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Jadi pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi dalam beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali pertemuan.
Pengertian pembelajaran terpadu dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.        Pembelajaran yang berangkat dari suatu tema tertentu sebagai pusat yang digunakan untuk memahami gejala-gejala, dan konsep-konsep, baik yang berasal dari bidang studi yang bersangkutan maupun dari bidang studi lainnya.
2.        Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubung berbagai bidang studi yang mencerminkan dunia riil di sekeliling dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak.
3.        Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara simultan
4.        Menggabungkan suatu konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda dengan harapan anak akan belajar lebih baik dan bermakna.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan  terlatih untuk dapat  menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung  siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik).

2.2         Landasan Yuridis Pembelajaran Tematik
Landasan yuridis bagi pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah. Landasan yuridis tersebut antara lain adalah:
1.        Dalam undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak dinyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya. Sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). Undang-undang ini digunakan karena dengan menggunakan pembelajaran tematik, dapat mengoptimalkan pendidikan dan pengajaran anak didik sejak dini sehingga dapat memenuhi tuntutan global dan disesuaikan dengan tingkat kecerdasan serta kebutuhan siswa. Selain itu, pembelajaran tematik juga mampu menggali bakat dan potensi anak yang memungkinkan pembelajarannya bisa lebih bermakna dan sesuai dengan tingkat perkembangan anak (goldenage).
2.        Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional (Bab V Pasal 1b) menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. Undang-undang ini cocok digunakan sebagai landasan yuridis pembelajaran tematik karena pembelajaran tematik dapat mewadahi kebutuhan belajar anak yang diintegrasikan dengan bakat dan minat siswa disemua sekolah atau satuan pendidikan dan tak terkecuali para siswa-siswi yang kurang beruntung atau kurang mampu secara finansial.
                                                                                                          


2.3         Ruang Lingkup Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik tidak bisa diterapakan pada semua tingkatan kelas serta seluruh bidang studi, ada batasan-batasan tersendiri atau ruanglingkup tersendiri yang menjadi sasaran pembelajaran tematik, baik tingkatan kelas atau bidang studi. Adapaun ruanglingkup tersebut adalah sebagai berikut: pada tingkatan kelas tematik diberikan pada kelas I-III sekolah dasar dan pada bidang studi pada bahasa Indonesia, matematika, ilmu pengetahuan alam, pendidikan kewarganegaraan, ilmu pengetahuan social, kerajinan tangan dan kesenian, serta pendidikan jasmani. Sedangkan ciri-ciri pembelajaran tematik adalah sebagai berikut:
1.        Berpusat pada anak didik;
2.        Memberikan pengalaman langsung kepada anak didik;
3.        Pemisahan antara mata pelajaran tidak begitu nyata dan jelas;
4.        Menyajikan suatu konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran
5.        Bersifat fleksibel;
6.        Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak didik.

2.4         Karakteristik Pembelajaran Tematik
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah SD/MI pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
1.        Berpusat pada siswa
Pembelajara tematik berpusat pada siswa (Student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan pembelajaran modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktifitas belajar.
2.        Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung (direct experiences). Dengan pengalaman lansung ini, siswa diharapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-halyeng lebih abstrak.
3.        Pemisahan pelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4.        Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian siswa mampu memaham konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
5.        Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa ke dalam lingkungan tempat seklah dan siswa berada.
6.        Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
7.        Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

2.5         Rambu-rambu pembelajaran Tematik
Adapun rambu-rambu pembelajaran tematik adalah sebagai berikut:
1.        Tidak semua mata pelajaran harus disatukan.
2.        Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester
3.        Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, tidak harus dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak dapat diintegrasikan dibelajarkan secara tersendiri.
4.        Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tem lain maupun disajikan secara tersendiri.
5.        Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta pananaman nilai-nilai moral.
6.        Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, lingkungan dan daerah setempat.
Sedangkan prinsip-prinsip pemilihan tema adalah sebagai berikut:
1.        Kedekatan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema yang terdekat dengan kehidupan anak kepada tema yang semakin jauh dari kehidupan anak.
2.        Kesederhanaan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang sederhana, dari tema-tema yang lebih rumit bagi anak.
3.        Kemenarikan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang menarik minat anak kepada tema-tema yang kurang menarik minat anak.
4.        Keinsidentalan, artinya peristiwa atau kejadian di sekitar anak (sekolah) yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung, hendaknya dimasukkan dalam pembelajaran, walaupun tidak sesuai dengan tema yang dipilih pada hari itu.

2.6         Hakikat Pembelajaran Tematik
Istilah dan pengertian Pembelajaran Tematik sebagai model pembelajaran termasuk salah satu tipe atau jenis daripada model pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
John dewey mengungkapkan bahwa pembelajaran terpadu adalah pendekatan untuk mengembangkan pengetahuan siswa dalam pembentukan pengetahuan berdasarkan pada interaksi dengan dan pengalaman kehidupannya. Menurut. raka joni bahwa pembelajaran terpadu merupakan suatu system pembelajaran yang memungkinkan siswa secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistic, bermakna, dan otentik.
Lebih lanjut hadi subroto  menegaskan, pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan yang lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, yang dilakukan secara spontan atau direncanakan, baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan dengan beragam pengalaman belajar siswa, maka pembelajaran menjadi lebih bermakna. Maka pada umumnya pembelajaran tematik/terpadu adalah pembelajaran yang menggunakan tema tertentu untuk mengaitkan antara beberapa isi mata pelajaran dengan pengalaman kehidupan nyata sehari-hari siswa sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi siswa.
Keuntungan dari penerapan pembelajaran tematik : pertama, mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu. Kedua, siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama. Ketiga, pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan. Keempat, kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik. Kelima, Peserta didik lebih mampu merasakan manfaat dan makna belajar. Keenam, siswa lebih bergairah dalam belajar. Ketujuh, guru dapat menghemat waktu dalam mengajar.
Berdasarkan bebagai pengertian tersebut di atas, dapatlah diambil kesimpulan bahwa pembelajaran tematik/terpadu merupakan suatu model pembelajaran yang memadukan beberapa matei pembelajaran dari berbagai standard kompetensi dasar dari satu atau beberapa mata pelajaran. Penerapan pembelajaran ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yakni penentuan berdasarkan keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar, tema, dan masalah yang dihadapi.

2.7              Arti Penting Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik, sebagai model pembelajaran memiliki arti penting dalam membangun kompetensi peserta didik, antara lain: pertama, pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pangalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Kedua, pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu.
 Selain itu juga ada beberapa alasan yang mendasari pembelajaran tematik memiliki arti penting, antara lain: petama, Dunia anak adalah dunia nyata. Kedua, Proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu peristiwa/obyek lebih terorganisir. Ketiga, Pembelajran akan lebih bermakna. Keempat, Memberi peluang siswa untuk mengembangkan kemampuan diri. Kelima, Memperkuat kemampuan yang diperoleh. Keenam, Efisiensi waktu.
Menurut Kunandar, Pembelajaran tematik mempunyai kelebihan yakni: petama, Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik. Kedua, Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik. Ketiga, Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna. Keempat, Mengembangkan keterampilan berpikir peserta didik sesuai dengan persoalan yang dihadapi. Kelima, Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama. Keenam, Memiliki sikap toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain. Ketujuh, Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan peserta didik.
Selain kelebihan di atas pembelajaran tematik memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan pembelajaran tematik tersebut terjadi apabila dilakukan oleh guru tunggal. Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran tema sehingga dalam pembelajaran tematik akan merasa sulit untuk mengaitkan tema dengan mateti pokok setiap mata pelajaran. Di samping itu, jika skenario pembelajaran tidak menggunakan metode yang inovatif maka pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tidak akan tercapai karena akan menjadi sebuah narasi yang kering tanpa makna.

2.8         Kelebihan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik memiliki kelebihan dan arti yang penting, yakni:
1.        Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan anak didik;
2.        Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak didik;
3.        Hasil belajar dapat bertahan lama, karena lebih berkesan dan bermakna;
4.        Mengembangkan keterampilan berfikir anak didik sesuai dengan persoalan yang dihadapi;
5.        Menumbuhkan keterampilan social melalui kerja sama;
6.        Memiliki sikap toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain;
7.        Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan anak didik.

2.9         Kurikulum yang Digunakan dalam Pembelajaran Tematik
Model kurikulum pembelajaran terpadu menurut beberapa ahli kurikulum menyatakan bahwa yang termasuk di dalam pembelajaran tematik meliputi pengorganisasian dan klasifikasinya.
1.        Pengorganisasian Kurikulum
Pengorganisasian kurikulum pembelajaran tematik merupakan perpaduan antara dua kurikulum atau lebih sedemikian hingga menjadi suatu kesatuan yang utuh, dan dalam aplikasi pada kegiatan pembelajaran diharapkan dapat menggairahkan proses pembelajaran serta pembelajaran menjadi lebih bermakna karena senantiasa mengaitkan dengan kegiatan praktis sehari-hari sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Pengertian kurikulum menurut Soedjadi dalam Darwin (2001) menyatakan bahwa kurikulum adalah sekumpulan pokok-pokok materi ajar yang direncanakan untuk memberi pengalaman tertentu kepada siswa-siswi agar mampu mencapai tujuan.
Dilihat dari organisasi kurikulum pada umumnya, ada tiga tipe kurikulum pembelajaran, yakni:
a.         Separated Subjeck Curriculum
Tipe ini bahan dikelompokkan pada mata pelajaran yang sempit, di dalamnya antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya menjadi terpisah-pisah, terlepas dan tidak mempunyai kaitan sama sekali. Contoh yang paling sering ditemui dalam dunia pendidikan adalah kurikulum yang biasa diterapkan pada sekolah menengah. Pelajaran geografi, sejarah, matematika, bahasa indonesia, biologi, fisika dan pelajaran yang lain diajarkan secara terpisah sesuai dengan kajian bidang ilmu masing-masing.
b.        Correlated Curriculum
Correlated curriculum adalah suatu bentuk kurikulum yang menunjukkan adanya suatu hubungan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, tetapi tetap memperhatikan ciri (karakteristik) tiap bidang studi tersebut. Contohnya yaitu dengan mengumpulkan bidang study sejarah, ekonomi, geografi dan sejenisnya kedalam mata pelajaran IPS. Model kurikulum ini cocok bila diterapkan pada SD/MI kelas tinggi yang sudah mampu berpikiran lebih tinggi dari pada anak SD/MI kelas rendah, selain itu juga untuk memudahkan siswa-siswi SD/MI kelas tinggi untuk mempersiapkan ujian kelulusan  mereka dan mendewasakan pikirannya.
Hubungan (korelasi) antar mata pelajaran tersebut dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu:
a)         Incidental, artinya secara kebetulan ada hubungan antar mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lainnya.
b)        Hubungan yang lebih erat. Misalnya, suatu pokok permasalahan yang diperbincangkan dalam berbagai bidang studi.
c)         Batas mata pelajaran disatukan dan difungsikan, yaitu dengan menghilangkan batasan masing-masing mata pelajaran tersebut, disebut dengan Broad Field.
c.          Integrated Curriculum
Secara istilah, integrasi memiliki sinonim dengan perpaduan, penyatuan, atau penggabungan, dari dua objek atau lebih (Wedawaty (1990) dalam Darwin (2001). Hal ini sejalan dengan pengertian yang dikemukakan oleh Poerwardarminta (1997), integrasi adalah penyatuan supaya menjadi satu kebulatan atau menjadi utuh.
Dalam integrated curriculum, pelajaran dipusatkan pada suatu masalah atau topik tertentu, misalnya suatu masalah dimana semua mata pelajaran dirancang dengan mengacu pada topik tertentu. Apa yang disajikan di sekolah, disesuaikan dengan kehidupan siswa-siswi di luar sekolah. Biasanya bentuk kurikulum semacam ini dilaksanakan melalui pelajaran unit, dimana suatu unit mempunyai tujuan yang mengandung makna bagi siswa-siswi yang dituangkan dalam bentuk masalah. Untuk memecahkan masalah, pebelajar diarahkan untuk melakukan kegiatan yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Integrated Curriculum menurut Nurdin, S, dan Usman, B.M, memiliki kelemahan dan kelebihan.  Kelebihan dan manfaatnya yaitu:
a)         Segala permasalahan yang dibicarakan dalam unit sangat bertalian erat.
b)        Sangat sesuai dengan perkembangan modern tentang belajar-mengajar.
c)         Memungkinkan adanya hubungan antara sekolah dengan masyarakat.
d)        Sesuai dengan ide demokrasi,
e)         Penyajian bahan disesuaikan dengan kesanggupan (kemampuan) individu, minat, dan kematangan siswa-siswi baik secara individu maupun secara kelompok.
Sedangkan kelemahan integrated curriculum ini adalah:
a)         Guru tidak dilatih melakukan kurikulum semacam ini.
b)        Organisasinya tidak logis dan kurang sistematis.
c)         Terlalu memberatkan tugas-tugas guru.
d)        Kurang memungkinkan untuk dilaksanakan ujian umum.
e)         Siswa-siswi dianggap tidak mampu ikut serta dalam menentukan kurikulum
f)         Sarana dan prasarana yang kurang memadai yang dapat menunjang pelaksanaan kurikulum tersebut.
2.        Klasifikasi Pengintegrasian Tema
Menurut Fogarty (1991), jika  dilihat dari segiklasifikasi pengintegrasian tema atau materinya terdapat sepuluh model pembelajaran terpadu yaitu the fragmented model, the connected model, the nested model, the sequenced model, the shared model, the webbed model, the threaded model, the integrated model, the immersed model dan the networked model. Kemudian secara umum dari kesepuluh model pembelajaran terpadu tersebut dikelompokkan lagi menjadi tiga klasifikasi pengintegrasian kurikulum antara lain:
a.    Pengintegrasian di dalam satu disiplin ilmu (interdisiplin ilmu)
Dalam model pembelajaran ini yang ditautkan adalah dua atau lebih bidang ilmu yang serumpun. Contohnya pada bidang ilmu sosial, menautkan antara dua tema dalam sejarah dan geografi yang memiliki relevansi. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa model ini sifat perpaduannya hanya dalam satu rumpun bidang studi.
b.      Pengintegrasian beberapa disiplin ilmu (antar disiplin ilmu)
Model pembelajaran ini menautkan antar disiplin ilmu yang berbeda. Contohnya antara tema yang ada dalam ilmu social dengan bidang ilmu alam. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam model ini suatu tema tersebut dapat dikaji dari dua sisi bidang ilmu yang berbeda (antar disiplin ilmu).
c.       Pengintegrasian di dalam satu dan beberapa disiplin ilmu (multi disiplin ilmu)
Model pembelajaran ini merupakan gabungan dari dua model pengintegrasian yang telah dibahas sebelumnya. Model ini menautkan antar bidang ilmu yang serumpun maupun bidang ilmu yang berbeda. Misalnya tema kebersihan yang dalam pengajarannya dapat dihungkan dengan bidang studi agama, teknologi, matematika, ilmu social maupun ilmu alam. Dengan begitu semakin mudah dalam menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa, hal ini dikarenakan pada dasarnya tak ada satu pun permasalahan yang dapat ditinjau hanya dari satu sisi saja dan hal inilah yang menjadi prinsip utama dalam pembelajaran terpadu.

2.10     Langkah pemilihan Tema
1.        Mengidentifikasi tema yang sesuai dengan hasil belajar dan indicator dalam kurikulum;
2.        Menata dan mengurutkan tema berdasarkan prinsip-prinsip pemilihan tema;
3.        Menjabarkan tema ke dalam sub-sub tema agar cakupan tema tidak terlalu luas;
4.        Memilih subtema yang sesuai.
5.        Sedangkan maksud dari pemilihan tema bertujuan agar anak didik dapat:
6.        mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu;
7.        mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema sama;
8.        lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi yang nyata;
9.        lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam kontek tema yang jelas;
10.    mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan menghubungkan berbagai mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik;
11.     guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 kali pertemuan atau pengayaan;
12.    memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
13.    budi pekerti dan moral anak didik dapat ditumbuhkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.

2.11     Langkah-langkah Penyusunan Pembelajaran Tematik
1.        Pemetaan Kompetensi Dasar
Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh dari semua standar kompetensi dan kompensi dasar dari beberapa mata pelajaran yang dipadukan.
Dalam melakukan pemetaan dapat dilakukan dengan dua cara, yakni sebagai berikut:
a.         Cara pertama, mempelajari standar kompetensikan dan kompetensi dasar yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan mengidentifikasi kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran yang dapat dipadukan. Setelah itu melakukan penetapan tema pemersatu. Contoh format pemetaan cara pertama sebagai berikut:
                                          













b.         Cara kedua, menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, dilanjutkan dengan mengidentifikasi kompetensi dasar dari beberpa mata pelajaran yang cocok dengan tema yang ada.
Dari kedua cara pemetaan yang dilakukan, terdapat kegiatan yang harus dilakukan, yaitu menentukan tema sebagai alat atau wahana pemersatu dari standar kompetensi dari setiap mata pelajaran yang dipadukan. Dalam penentuan tema dapat ditentukan sendiri oleh guru dan /atau bersama siswa. Dengan demikian untuk menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu:
a)      Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa;
b)      Memulai dari yang termudah menuju yang sulit;
c)      Dari yang sederhana menuju ke yang komplek;
d)      Dari yang konkrit menuju ke yang abstrak;
e)      Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada siswa;
f)       Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangannya siswa, termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya.
Ruang lingkup tema yang ditetapkan sebaiknya tidak terlalu luas atau terlalu sempit. Tema yang terlalu luas bisa dijabarkan lagi menjadi anak tema atau subtema yang sifatnya lebih spesifik dan lebih konkrit. Anak tema atau subtema tersebut selanjutnya dapat dikembangkan lagi menjadi suatu materi/isi pelajaran. Bila digambarkan akan tampak seperti di bawah ini.

Sebagai contoh adalah:
·      Tema “PENGALAMAN” dapat dikembangkan menjadi anak tema: (1) pengalaman menyenangkan, (2) pengalaman menyedihkan, (3) Pengalaman lucu.
·      Tema “ALAT TRANSPORTASI” dapat dikembangkan menjadi anak tema: (1) alat transportasi darat, (2) alat transportasi laut (3) alat transportasi udara.
·      Tema “PERISTIWA ALAM” dapat dikembangkan menjadi anak tema: (1) banjir, (2) gempa bumi, (3) gunung meletus, (4) tanah longsor, (5) terjadinya tsunami, dan sebagainya.
2.        Menetapkan Jaringan Tema
Setelah melakukan pemetaan, dapat dibuat jaringan tema, yaitu menghubungkan kompetensi dasar dengan tema pemersatu, dan mengembangkan indikator pencapaiannya untuk setiap kompetensi dasar yang terpilih. Dengan jaringan tema tersebut, akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar, dan indikator dari setiap mata pelajaran.
Kompetensi dasar dan materi yang luas dan tersebar pada masing-masing mata pelajaran dapat mengakibatkan pemahaman yang parsial dan tidak terintegrasi, padahal memiliki jalinan konsep yang saling mendukung. Berikut diberikan contoh jaringan tema keterhubungan kompetensi dasar dengan tema pemersatu “BINTANG” dalam bagan dan matriks di bawah ini.










3.        Penyusunan Silabus Pembelajaran Tematik
Silabus dikembankan dari jaringan tema. Silabus dapat dirumuskan untuk keperluan satu minggu atau dua minggu, tergantung pada keluasan dan kedalaman kompetensi yang diharapkan. Silabus merupakan penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok materi yang perlu dipelajari siswa. Tahapan dalam menyusun silabus perlu didasarkan pada matrik/bagan keterhubungan yang telah dikembangkan.
Kompetensi dasar setiap mata pelajaran yang tidak bisa dikaitkan dalam pembelajaran tematik disusun dalam silabus tersendiri. Format silabus disusun dalam bentuk matriks dan memuat mata pelajaran yang akan dipadukan, kompetens dasar, indicator (dirumuskan oleh guru) yang akan dicapai, pengalaman belajar, materi pokok, Strategi atau langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan, alokasi waktu yang dibutuhkan, dan sumber bahan pustaka yang dijadikan rujukan.
4.        Penyusunan Rencana Pembelajaran/Desain Pembelajaran Tematik.
Tahap terakhir dari penyusunan perencanaan pembelajaran tematik adalah penjabaran silabus ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Sedangkan komponen rencana pembelajaran tematik meliputi:
a           Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas, semester, waktu/banyaknya jam,yang dialkasikan;
b          Kompetensi dasar dan indicator yang hendak dicapai;
c           Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indicator;
d          Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkrit yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indicator, kegiatan ini tertuang dalam pembukaan, inti, dan penutup).
e           Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai;
f           Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrument yang akan digunakan untuk menilai pencapaian belajar siswa, serta tindak lanjuthasil penilaian).
g           Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan digunakan untuk menilai pencapaian belajar siswa beserta petunjuk serta tindak lanjut dari hasil penilaian).
2.12     Strategi pembelajaran
Rancangan pembelajaran dikembangkan dalam tiga tahapan kegiatan, yaitu kegiatan awal/pembukaan, kegiatan inti, dan kegiatan akhir/penutup. Dari ketiga kegiatan tersebut terurai sebagai berikut:
a.         Kegiatan Pendahuluan/ Awal
Kegiatan inidilakukan terutama untuk menciptakan suasana awal pembelajaran untuk mendorong siswa menfokuskan dirinya agar mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Pada kegiatan ini waku yang dialokasikan berkisar antara 5 – 10 menit menit. Kegiatan yang dilakukan adalah apersepsi (mengajukan pertanyaan tentang mata pelajaran yang telah dipelajari siswa), mengomentari jawaban siswa iatas pertanyaan dan dilanjutkan dengan materi yang saat itu akan dipelajari.
b.        Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan kegiatan pembelajaran dalam rangka pembentukan pengalaman belajar siswa (learning experiences). Yaitu membahas tentang tema yang akan disajikan beserta bahan pembelajaran yang akan dipelajari dan alternative kegiatan belajar yang akan dilakukan siswa.
Dalam pemilihan kegiatan pembelajaran diutamakan pada kegiatan-kegiatan yang kadar aktifitasnya tinggi. Yaitu yang berorientasi pada aktivitas siswa. Sedangkan guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator. Penyajian bahan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan berbagai strategi/metode yang bervariasi dan dapat dilakukan secara klasikal, kelompok kecil atau bahkan perseorangan.
c.         Kegiatan penutup /Akhir
Kegiatan akhir yang dapat dilakukan adalah menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan, menjelaskan kembali pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa, melakukan penilaian, dan melakukan tindak lanjut dengan pemberian tugas kepada siswa atau latihan yang harus dikerjakan siswa di rumah, memberikan motivasi pada siswa dan menutup kegiatan pembelajaran.

2.13     Pengelolaan Kelas
Agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan optimal, perlu dilakukan pengeloalaan kelas yang baik seperti hal-hal berikut:
a.         Suasana ruangan
Ruang kelas perlu diatur sesuai dengan tema yang sedang dilaksanakan. Bila pada saat tema yang diberikan adalah alat transportasi (kendaraan), maka suasana dalam ruang kelas perlu dilengkapi berbagai bentuk gambar-gambar kendaraan, atau mainan berbagai kendaraan.
b.        Metode yang akan digunakan
Beberapa metode dapat digunakan dalam pembelajaran tematik, antara lain pemberian tugas, metode proyek, karya wisata, bermain peran, domonstrasi, percobaan sederhana, bercakap-cakap, Tanya jawab, bercerita, dan sebagainya.
c.         Pengelolaan kegiatan
Kegiatan dapat dilaksanakan dalam bentuk klasikal, kelompok, berpasangan, dan perseorangan.
d.        Pengorganisasian ruangan
Pengaturan ruangan perlu dikelola agar suasana belajar menyenangkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan anatara lain sebagai berikut:
·           Suasana bangku siswa mudah untuk dirubah.
·           Siswa tidak selalu duduk di kursi, tetapi dapat duduk di karpet/lantai.
·           Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik dalam kelas maupun di luar kelas.
·           Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya siswa.
·           Alat, sarana, dan sumber belajar hendaknya dikelola dengan baik , sehingga memudahkan siswa untuk menggunakan dan menyimpannya kembali.
2.14     Penutup
Kurikulum Tahun 2013 sebentar lagi akan kita laksanakan bersama, apapun perubahannya kita perlu mengikuti dan menindaklanjuti perubahan itu. Pemerintah dalam hal ini Mendiknas dalam melakukan perubahan itu tentunya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk kebaikan dan kemajuan pendidikan di negeri ini. Kurikulum 2013 yang merupakan perbaikan dari kurikulum sebelumnya akan mengedepankan praktek dan bukan sekedar menghafal pelajaran. Di samping itu juga mengaplikasikan pembelajaran yang menyenangkan atau pembelajaran PAIKEM.

2.15     Model Pembelajaran Tematik Terpadu
Menurut Robin Fogarty  (1991) ada sepuluh model, yaitu:     
1          Model penggalan (fragmented model) atan pemaduan terbatas, contoh pembelajaran tentang menyimak, berbicara, membaca dan menulis dapat dipadukan dalam materi keterampilan berbahasa.
2          Model keterhubungan (connected model) menggunaan anggapan bahwa beberapa substansi pembelajaran berinduk pada mata pelajaran tertentu.
3          Model sarang (nested model), memadukan berbagai bentuk penguasaan konsep ketrampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran.
4          Model Urutan/Rangkaian (sequenced model), memadukan topik-topik antarmata pelajaran yang berbeda secara pararel.
5          Model berbagi (shared/participative model). pemaduan pembelajaran akibat munculnya tumbang-tindih (overlapping concept) atau ide pada dua mata pelajaran atau lebih.
6          Model jaring laba-laba (webbed model), berangkat dari pendekatan tematis sebagai acuan dasar bahan dan kegiatan pembelajaran.
7          Model galur (threaded model), memadukan bentuk-bentuk ketrampilan.
8          Model celupan (immersed model). membantu peserta didik dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan medan pemakaiannya.
9          Model jejaring (networked model) berasumsi bahwa perubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk ketrampilan setelah peserta didik mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang berbeda.
10      Model terpadu (integrated mode) merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu.       

BAB III
PENUTUP

A.       Kesimpulan
            Pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Keterpaduan pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan  terlatih untuk dapat  menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung  siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan.

B.       Saran
      Saran kami sebagai penulis adalah cobalah untuk lakukan dengan baik bagaimana prinsip-prinsip pembelajaran tematik dan hakikat dari pembelajaran tematik itu sendiri.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar