BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Karangan ilmiah merupakan referesentasi hasil pemikiran penulis atas suatu
objek kajian kepada objek pembaca melalui bahasa tulis dengan mengikuti
sistematika dan kaidah penulisan ilmiah. Karangan jenis ini biasanya memiliki
aturan standar, baik dari aspek bahasa, maupun dari aspek metode penulisan.
Adapun aspek penting dalam karangan ilmiah, yaitu sebuah catatan pendek untuk
mengetahui sumber informasi ilmiah yang dikutip pada suatu karya ilmiah yang
biasa disebut notasi ilmiah. Pembuatan notasi ilmiah dalam karangan ilmiah
mencakup pembuatan kutipan, catatan kaki, dan daftar pustaka.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah kegunaan notasi
ilmiah dalam suatu karangan ilmiah?
2.
Bagaimanakah cara
penggunaan notasi ilmiah dalam suatu karangan ilmiah?
3.
Mengapa notasi ilmiah
begitu penting adanya dalam suatu karangan ilmiah?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui kegunaan
dari notasi ilmiah dalam suatu karangan ilmiah.
2.
Untuk mengetahui cara
penggunaan noatsi ilmiah dalam suatu karangan ilmiah.
3.
Untuk mengetahui seberapa
pentingnya noatasi ilmiah dalam sebuah karangan ilmiah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
NOTASI ILMIAH
Notasi ilmiah adalah catatan pendek untuk
mengetahui sumber informasi ilmiah yang dikutip dalam dalam satu karya ilmiah.
Karena catatan tersebut diletakan di bagian bawah halaman maka sering disebut
catatan kaki atau footnote. Catatan kaki tidak hanya digunakan untuk mengetahui
dan mendalami sumber informasi, tetapi juga untuk memberikan catatan tambahan
tentang suatu informasi dalam penulisan ilmiah tanpa mengganggu keseluruhan
penulisan tersebut. Ada beberapa cara untuk membuat notasi ilmiah yang diakui
secara internasional. Pembuatan notasi ilmiah mencakup pembuatan kutipan,
catatan kaki, dan daftar pustaka.
B. KUTIPAN
Pembuatan
skripsi dan karya ilmiah mengharusakan para penulis mencari sumber informasi
ilmiah yang diperlukan untuk penulisan tersebut. Pengetahuan yang dikutip dari
seseorang dipergunakan untuk berbagai tujuan sesuai dengan argumentasi yang
diajukan misalnya untuk mendukung pernyataan penulis atau mendefinisikan
sesuatu.
1. Tujuan Menulis Kutipan
Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seseorang pengarang,
atau ucapan seseorang yang terkenal, baik terdapat dalam buku-buku maupun
majalah-majalah. Penulis cukup mengutip pendapat yang dianggapnya benar itu
dengan menyebutkan di mana pendapat itu dibaca, sehingga pembaca dapat
mencocokkan kutipan dengan sumber aslinya.
Namun, penulis jangan sampai menyusun tulisan yang hanya berisi kumpulan
kutipan. Kerangka karangan, kesimpulan, dan ide dasar harus tetap pendapat
penulis pribadi, kutipan berfungsi untuk menunjang/mendukung pendapat tersebut.
Selain itu, seorang penulis sebaiknya tidak melakukan pengutipan yang terlalu
panjang, misalkan sampai satu halaman atau lebih, hingga pembaca lupa bahwa apa
yang dibacanya adalah kutipan. Kutipan dilakukan seperlunya saja sehingga tidak
merusak alur tulisan.
Kutipan juga bisa diambil dari pernyataan lisan dalam sebuah wawancara,
ceramah, ataupun pidato. Namun, kutipan dari pernyataan lisan ini harus
dikonfirmasikan dulu kepada narasumbernya sebelum dicantumkan dalam tulisan.
Fungsi utama kutipan
dalam karya ilmiah adalah menegaskan isi uraian atau membuktikan kebenaran yang
diajukan oleh penulis berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh dari
literatur, pendapat seseorang atau pakar, bahkan pengalaman empiris. Jadi
kutipan hanya berfungsi sebagai bahan bukti untuk menunjang pendapat kita. Garis besar kerangka karangan, serta
kesimpulan-kesimpulan yang dibuat merupakan pendapat penulis sendiri,
sebaliknya kutipan-kutipan hanya berfungsi sebagai bahan bukti untuk menunjang
pendapatya itu.
2. Jenis Kutipan
Menurut
jenisnya, kutipan dapat dibedakan atas kutipan langsung dan kutipan tidak
langsung.
a.
Kutipan Langsung
Kutipan langsung adalah kutipan yang ditulis sama persis
dengan sumber aslinya, baik bahasa maupun ejaannya dengan tidak mengadakan perubahan sama sekali. Kutipan yang
panjangnya kurang dari empat baris dimasukan ke dalam teks, diketik seperti
ketikan teks, diawali dan diakhiri dengan tanda petik (“). Sumber rujukan
ditulis langsung sebelum atau sesudah teks kutipan. Rujukan ditulis di antara
tanda kurung, dimulai dengan nama akhir sebagaimana tercantum dalam daftar
pustaka, tanda koma, tahun terbitan, titik dua, spasi, dan diakhiri dengan
nomor halaman (Penulis, Tahun: Halaman). Kutipan yang terdiri dari empat baris
atau lebih, diketik satu spasi, dimulai dengan tujuh ketukan dari batas tepi
kiri. Sumber rujukan ditulis langsung sebelum teks kutipan.
Contoh kutipan langsung:
Argumentasi adalah suatu
bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain,
agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh penulis atau pembicara (Keraf, 1983: 3).
b.
Kutipan Tidak Langsung
Kutipan tidak langsung
adalah kutipan yang tidak sama persis dengan aslinya. Pengutip hanya mengambil
pokok pikiran dari sumber yang dikutip untuk dinyatakan kembali dengan kalimat
yang disusun oleh pengutip. Kalimat-kalimat yang mengandungkutipan ide tersebut
ditulis dengan spasi rangkap sebagaimana teks biasa. Semua kutipan harus dirujuk.
Sumber rujukan dapat ditulis sebelum atau sesudah kalimat-kalimat yang
mengandung kutipan. Apabila ditulis sebelum teks kutipan, nama akhir
sebagaimana tercantum dalam daftar pustaka masuk ke dalam teks, diikuti dengan
tahun terbitan di antara tanda kurung. Apabila ditulis sesudah teks kutipan,
rujukan ditulis di antara tanda kurung, dimulai dengan nama akhir sebagaimana
tercantum dalam daftar pustaka, titik dua, dan diakhiri dengan tahun terbitan.
Contoh kutipan tidak langsung:
Seperti dikatakan oleh Gorys Keraf (1983:3) bahwa
argumentasi pada dasarnya tulisan yang bertujuan mempengaruhi keyakinan pembaca
agar yakin akan pendapat penulis bahkan mau melakukan apa yang dikatakan
penulis.
3. Prinsip-Prinsip Mengutip
Beberapa
prinsip yang harus diperhatikan pada waktu membuat kutipan adalah:
a.
Jangan mengadakan
perubahan
Pada waktu melakukan kutipan langsung, pengarang tidak
boleh mengubah kata-kata atau teknik dari teks aslinya. Bila pengarang
menganggap perlu untuk mengadakan perubahan tekniknya, maka ia harus menyatakan
atau memberi keterangan yang jelas bahwa telah diadakan perubahan tertentu.
Dalam hal demikian penulis harus memberi keterangan keterangan dalam tanda
kurung segi bahwa perubahan teknik itu dibuat sendiri oleh penulis, dan tidak ada
dalam teks aslinya. Keterangan dalam kurung misalnya berbunyi sebagai berikut:
(garis bawah oleh penulis).
b.
Bila ada kesalahan
Bila dalam kutipan terdapat kesalahan atau keganjilan, entah
dalam persoalan ejaan maupun dalan soal-soal ketatabahasaan, penulis tidak
boleh memperbaiki kesalahan-kesalahan itu. Ia hanya mengutip sebagaimana
adanya. Demikian pula halnya kalau penulis tidak setuju dengan satu bagian dari
kuitpan itu. Dapat diyatakan dengan menuliskan simbol (sic!) langsung setelah
kesalahan tersebut.
Perhatikan contoh berikut:
“Demikian juga dengan data bahasa yang lain dalam
karya tulis ini kami selalu berusaha mencari bentuk kata yang mengandung makan
(sic!) sentral/distribusi yang terbanyak sebagai bahan daftar Swadesh.”
Kata makan dalam
kutipan di atas sebenarnya salah cetak, yang seharusnya makna. Namun dalam kutipan, penulis tidak boleh langsung
memperbaiki kesalahan itu.
Untuk karya-karya ilmiah penggunaan (sic!) yang ditempatkan
langsung di belakang kata atau bagian yang bersangkutan, dirasakan lebih
mantap.
c.
Menghilangkan bagian kutipan
Dalam kutipan-kutipan diperkenankan pula menghilangkan
bagian-bagian tertentu dengan syarat bahwa penghilangan bagian itu tidak boleh
mengakibatkan perubahan makna aslinya atau makna keseluruhannya. Penghilangan
itu biasanya dinyatakan dengan mempergunakan tiga titik berspasi (. . .). jika
unsur yang dihilangkan itu terdapat pada akhir sebuah kalimat, maka ketiga
titik berspasi itu ditambahkan sesudah titik yang mengakhiri kalimat itu. Bila
bagian yang dihilangkan itu terdiri dari satu alinea atau lebih, maka biasanya
dinyatakan dengan titik-titik berspasi sepanjang satu baris halaman.
Contoh:
. . . Akan tetapi komunikasi dalam iklan bersifat khusus.
Iklan peda prinsipnya adalah “komunikasi nonproposal yang dibayar oleh sponsor
yang menggunakan media massa untuk membujuk dan mempengaruhi khalayaknya”
(Wells, 1992:10). . . . Segi nonpersonal itu membedakan iklan dari promosi.
.................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
Dari definisi tersebut dapat ditarik empat kata kunci
yaitu, soponsor, pesan, media, dan sasaran.
4. Cara-Cara Mengutip
Perbedaan
antara kutipan langsung dan kutipan tidak langsung akan membawa akibat yang
berlainan pada saat memasukannya dalam teks. Begitu pula cara membuat kutipan
langsung akan berbeda pula menurut panjang pendeknya kutipan itu. Agar
tiap-tiap jenis kutipan dapat dipahami dengan lebih jelas, perhatikanlah
cara-cara berikut:
a. Kutipan langsung
yang tidak lebih dari empat baris
Sebuah kutipan langsung yang panjangya tidak lebih dari empat
baris ketikan, akan dimasukkan dalam teks dengan cara-cara berikut:
1)
Kutipan itu
diintegrasikan langsung dengan teks;
2)
Jarak antara baris dengan
baris dua spasi;
3)
Kutipan itu diapit dengan
tanda kutip;
4)
Sesudah kutipan selesai
diberi nomor urut penunjukan setengah spasi ke atas, atau dalam kurung
ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat
terdapat kutipan itu.
b. Kutipan langsung
yang lebih dari empat baris
Bila sebuah kutipan terdiri dari lima baris atau lebih, maka
seluruh kutipan itu harus digarap sebagai berikut:
1)
Kutipan itu dipisahkan
dari teks dalam jarak 2,5 spasi;
2)
Jarak antara baris dengan
baris kutipan satu spasi;
3)
Kutipan itu boleh atau
tidak diapit dengan tanda kutip;
4)
Sesudah kutipan selesai
diberi nomor urut penunjukan setengah spasi keatas, atau dalam kurung
ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat
terdapat kutipan itu;
5)
Seluruh kutipan itu
dimasukan ke dalam 5-7 katikan, bila kutipan itu dimulai dengan alinea baru,
maka baris pertama dari kutipan itu dimasukan lagi 5-7 ketikan.
Kadang-kadang terjadi bahwa dalam kutipan itu terdapat lagi
kutipan. Dalam hal ini ditempuh dua cara:
1)
Mempergunakan tanda kutip
ganda (“. . .”) bagi kutipan asli dan tanda kutip tunggal (‘. . .’) bagi
kutipan dalam kutipan itu, atau sebaliknya;
2)
Bagi kutipan asli tidak
dipergunakan tanda kutip, sedangkan kutipan dalam kutipan itu mempergunakan
tanda kutip ganda.
c. Kutipan tidak
langsung
Dalam kutipan tidak langsung biasanya inti atau seri pendapat
itu yang dikemukakan. Sebab itu kutipan itu tidak boleh mempergunakan tanda
kutip. Beberapa syarat harus diperhatikan untuk membuat kutipan tidak langsung:
1)
Kutipan itu
diintegrasikan dengan teks;
2)
Jarak antar baris dua spasi;
3)
Kutipan tidak diapit
dengan tanda kutip;
4)
Sesudah kutipan selesai
deberi nomor urut penunjukan setengah spesi ke atas, atau dalam kurung
ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman terdapat
kutipan itu.
d.
Kutipan atas ucapan lisan
Dalam karya-karya ilmiah atau tulisan-tulisan lainnya, sering
pula dibuat kutipan-kutipan atas ucapan lisan, entah yang diberikan dalam
ceramah-ceramah, kuliah-kuliah atau wawancara-wawancara. Sebenarnya kutipan
atas sumber semacam ini sulit dipercaya, kecuali mingkin ucapan yang
disampaikan seorang tokoh yang penting dalam suatu kesempatan yang luar biasa,
serta dapat diikuti oleh masyarakat luas .
C.
FOOTNOTES,
BODYNOTES DAN ENDNOTES
1.
Footnotes
Footnotes adalah catatan pada kaki halaman untuk menyatakan sumber suatu
kutipan, pendapat, buah pikiran fakta-fakta atau ikhtisar. Footnotes dapat juga
berisi komentar mengenai suatu hal yang di kemukakan di dalam teks. Nomor
footnotes atau catatan kaki diberi nomor
sesuai dengan nomor kutipan dalam tiap bab dimulai dengan nomor satu.
Bentuk footnotes atau catatan kaki didalamanya harus dicantumkan nama
pengarang, nama buku, nomor jilid, nama penerbit, tempat dan tahun penerbitan,
halaman-halaman yang dikutip atau yang berkenaan dengan teks.
Footnotes ini ada seluk beluknya. Walaupun pada garis besarnya sama, ada
pula perbedaannya yang perlu dibicarakan dan diperhatikan. Di bawah ini akan
kita bicarakan bentuk footnotes untuk sumber-sumber yang berikut:
a.
Buku
Contoh :
1 Harold Alberty, Reorganizing the High School Curriculum,
The MacMillan Company, New York, 1953, h. 78.
2 Harun Nawawi, Mengukur Tanah dan Menyipat Tanah, H.
Stam, Jakrta, 1953, h. 25
Pada contoh-contoh footnotes
yang di atas kita lihat berturut-turut
1)
Nomor footnotes, agak
diangkat sedikit di atas baris biasa, tetapi tidak sampai setinggi satu spasi.
Nomor itu jauhnya tujuh pukulan tik dari garis margin teks, yakni sama dengan
permulaan alinea baru. Kalau suatu footnotes, terdiri dari lebih dua baris,
maka baris kedua dan selanjutnya dimulai pada garis margin teks biasa.
2)
Nama pengarang menurut
urutan namanya yang sewajarnya, yakni nama kecil atau inisialnya dan nama
akhirnya. Pangkat atau gelar seperti, Prof., dr., Mr., dan sebagainya tidak
usah di cantumkan. Kalau pengarang memakai nama samara, di antara tanda kurung
besar kita cantumkan nama yang sebenarnya. Contoh
3 Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah), Sejarah Ummat Islam, Penerbit Islamiyah,
Medan, 1950, h. 47.
3)
Nama buku, diberi bergaris
(dalam buku ini cetak miring)
4)
Keterangan-keterangan
mengenai penerbit: nama, tempat dan tahun penerbitan.
5)
Nomor halaman yang
bersangkutan.
Footnotes berhubungan dengan
jumlah pengarang.
a)
Pengarang: seorang Contoh
(lihat di atas)
b)
Pengrang: dua atau tiga
orang. Nama pengarang harus dicantumkan seluruhnya. Contoh:
4 Robert. S. woodworth dan Donald G. marquis, Psychology, Henry Holt and company, New
York, 1947. h. 56.
5 LCT Bigot, Ph. Kohnstamm, B.G palland, Leerboek der Psycholigie, J.b wolters,
Groningen, 1949.h. 44.
c)
Pengarang: lebih dari
tiga orang. Dicantumkan hanya nama pengarang pertama dan di belakangnya di
tulis “et al”, asal daeri et alii artinya “dengan orang lain”.
Contoh:
6 Florence B. Stratemeyer, (et al), Developing a Curriculum for Modern Living, Bureau of Publications
Teacher College, Columbia University, New York, 1975, h. 56 – 149.
d)
Kumpulan karangan. Yang
dicantumkan nama editornya saja, di belakangnya (ed). Contoh:
7 Donald P. Cottrell (ed), Teacher education for a Free People, The
American Association of Colleges for Teacher education, New York, 1956, h. 220.
e)
Tidak ada pengarang
tertentu. Sebagai pengarang disebut nama badan, lembaga, perkumpulan,
peusahaan, Negara, dan sebagainya, yang menerbitkannya. Contoh:
8 Balai Kursus Tertulis Pendidikan Guru, Large Scale Teachers Training, Nix and
company, Bandung, 1953, h. 17.
f)
Buku yang di terjemahkan.
Yang dicantumkan tetap nama pengarang aslinya, dan di belakang nama
penerjemahnya. Contoh:
9 Karl Barth, The Doctrine of the World of God, Terjemahan G.T. Thompson. Charles
Seribner’s Sons, New York, 1939, h 23.
b. Majalah
Contoh:
10 Mochtar Naim,
“Mengapa Orang Minang Merantau?” Tempo , 31 Januari 1975, h. 36.
11 L.J wetwood, “The role of the Teacher”, Education Research IX no. 2 Februari
1976, h.70.
Di sini kita lihat
berturut-turut:
1)
Nama pengarang, seperti
pada buku
2)
Judul karangan, di antara
tanda kutip
3)
Nama majalah, diberi
bergaris (dalam buku ini setak miring)
4)
Nomor majalah, dengan
angka romawi (kalau ada)
5)
Bulan dan tahun
penerbitan
6)
Nomor halaman yang
berdangkutan.
kalau tidak diketahui pengarang suatu artikel dalam majalah,
maka nama pengarang didiadakan, jadi footnotes dimulai dengan judul karangan.
Contoh:
12 “Sekolah Percobaan di Yogyakarta,” Suara
Guru II, September 1957, h. 18-19-21.
c. Surat kabar
Contoh :
13 Pikiran Rakyat, 25 Januari 1977, h. 2
d. Karangan yang
tidak diterbitkan, seperti tesis, disertasi
Contoh:
14 A.H. Daeng
Marimba, “Sutu Tinjauan Psikologis mengenai Hubungan Sosial di ‘Tambatan Hati’
dan Pengaruhnya Terhadap Sikap Sosial Anak”, Tesis Sarjana Pendidikan, Pepustakaan
IKIP Bandung, h. 17.
e. Interview
Contoh:
15 Wawancara dengan
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 8 April 1977.
f. Ensiklopedi
(a)
Nama pengarang diketahui
16 E.e. kellet, ‘Spinozoa”,
Encyclopedia of Religions and Ethics
XI 1921, h. 251.
(b)
Nama pengarang tidak
diketahui
17 “Katalisator”, ensiklopedia Indonesia I.
g. Bahan yang
dikutip
18 William H.
Burton. The Guidance of Learning
Activities, D. Appleton-Century Company, Inc., New York, 1952, h. 186,
dikutip dari Ernest Hilgard, Theories of
Learning, Appleton, New York, 1948, h. 37.
Bila sumber yang
sama diacu lagi, catatan untuk pengacuan kedua dan seterusnya dilakukan dengan
tanda-tanda tertentu
a.
Tanda ibid. (berasal dari kata ibidem yang
berarti ‘di tempat yang sama’) Singkatan ini digunakan apabila referensi dalam
catatan kaki nomor tersebut sama dengan referensi pada nomor sebelumnya (tanpa
diselingi catatan kaki lain). Apabila halamannya sama, cukup ditulis Ibid.,
bila halamannya berbeda, setelah Ibid. dituliskan nomor halamannya.
b.
Tanda op. cit. (singkatan
dari kata Latin opere citato yang berarti pada karya yang diacu) menandai
pengacuan pada karya yang sama seperti yang diacu sebelumnya tetapi pada
halaman lain. Singkatan ini digunakan apabila referensi dalam catatan kaki pada
nomor tersebut sama dengan referensi yang telah dikutip sebelumnya, namun
diselingi catatan kaki lain. Op.Cit. khusus digunakan bagi referensi
yang berupa buku.
c.
Tanda loc. cit.
(singkatan dari kata Latin loco citato yang berarti di tempat diacu)
menunjukkan pengacuan pada halaman yang sama dengan yang diacu sebelumnya yang
mungkin diselang oleh pengacuan pada sumber rujukan lain. Singkatan ini
digunakan sama dengan Op.Cit., yaitu apabila referensi dalam catatan
kaki pada nomor tersebut sama dengan referensi yang telah dikutip sebelumnya,
namun diselingi catatan kaki lain. Namun, referensi yang diacu Loc.Cit.
bukan berupa buku, melainkan artikel, baik itu dari koran, majalah,
ensiklopedi, internet, atau lainnya.
contoh:
Cara membaca:
1. Catatan kaki nomor (2)
menggunakan Ibid., karena sumber kutipannya sama persis dengan
nomor (1) baik buku maupun halamannya.
2. Catatan kaki nomor (3)
buku referensinya sama dengan nomor (2), hanya saja beda halamannya.
3. Catatan kaki nomor (5)
referensinya sama dengan nomor (4), hanya saja beda halamannya.
4. Catatan kaki nomor (6),
referensinya sama dengan nomor (1), karena telah diselingi oleh catatan kaki
lain, maka menggunakan Op.Cit., serta menuliskan nama pengarang
dan halaman.
5. Catatan kaki nomor (10)
referensinya sama dengan nomor (1), karena telah diselingi oleh catatan kaki
lain, maka menggunakan Op.Cit.
6. Catatan kaki nomor (11),
referensinya sama dengan catatan kaki sebelumnya, tanpa diselingi catatan kaki
lain, yaitu nomor (10), hanya saja beda halamannya.
7. Catatan kaki nomor (12)
referensinya sama persis dengan nomor (11).
8. Catatan kaki nomor (13)
referensinya sama dengan nomor (4), hanya beda halamannya, karena telah
diselingi oleh catatan kaki lain dan nomor (4) berbentuk artikel (bukan buku)
maka menggunakan Loc.Cit., serta menuliskan halamannya.
9. Catatan kaki nomor (14)
referensinya sama persis, termasuk halamannya, dengan nomor (8), karena telah
diselingi oleh catatan kaki lain dan nomor (8) berbentuk artikel (bukan buku)
maka menggunakan Loc.Cit.
10. Catatan kaki nomor (15)
referensinya sama dengan nomor (7), hanya beda halaman, karena telah diselingi
oleh catatan kaki lain dan nomor (7) berbentuk buku (bukan artikel) maka
menggunakan Op.Cit., serta menuliskan halamannya.
11. Catatan kaki nomor (16)
referensinya sama dengan nomor (4), hanya beda halamannya, karena telah
diselingi oleh catatan kaki lain dan nomor (4) berbentuk artikel (bukan buku)
maka menggunakan Loc.Cit., serta menuliskan halamannya.
2.
Bodynotes
Dilakukan ketika penulis mencantumkan sumber kutipan langsung setelah
selesainya sebuah kutipan dengan menggunakan tanda kurung. Sebuah tulisan ilmiah harus
menggunakan salah satu jenis penulisan referensi tersebut, serta harus
konsisten dengan jenis tersebut. Artinya, ketika sebuah tulisan menggunakan bodynote,
maka seluruh referensi dari awal hingga akhir tulisan harus menggunakan bodynote.
Atau, jika seorang penulis menggunakan catatan kaki, sejak awal hingga akhir
tulisan, penulis harus menggunakan catatan kaki untuk menuliskan referensinya.
Kelebihan catatan tubuh adalah kemudahan bagi pembaca dalam mengecek sumber
sebuah kutipan yang langsung terdapat sebelum atau setelah kutipan tersebut,
tanpa perlu berpindah ke bagian bawah halaman.
Prinsip-prinsip dalam menuliskan catatan tubuh:
a.
Catatan tubuh menyatu dengan naskah, hanya ditandai
dengan kurung buka dan kurung tutup.
b.
Catatan tubuh memuat nama belakang penulis, tahun
terbit buku dan halaman yang dikutip. Contoh:
1)
Nama penulis adalah Arthur Asa Berger, maka cukup
ditulis Berger.
2)
Nama penulis Jalaluddin Rakhmat, maka cukup ditulis
Rakhmat.
c.
Terdapat dua cara menuliskan catatan tubuh:
1)
Nama penulis, tahun terbit dan halaman berada dalam
tanda kurung, ditempatkan setelah selesainya sebuah kutipan. Jika kutipan ini
merupakan akhir kalimat, maka tanda titik ditempatkan setelah kurung tutup
catatan tubuh. Contoh:
Di titik inilah esensi hegemoni: hubungan di antara agen-agen utama yang
menjadi alat sosialisasi dan orientasi ideologis, yang berinteraksi, kumulatif,
dan diterima oleh masyarakat (Lull, 1995: 31-38).
2)
Nama penulis menyatu dalam naskah tulisan, tidak
berada dalam tanda kurung, sementara tahun penerbitan dan halaman berada dalam
tanda kurung. Model ini biasanya ditempatkan sebelum sebuah kutipan. Contoh:
Menurut Lull (1995: 31-38), di titik inilah esensi hegemoni: hubungan di
antara agen-agen utama yang menjadi alat sosialisasi dan orientasi ideologis,
yang berinteraksi, kumulatif, dan diterima oleh masyarakat.
3.
Endnotes
Catatan Akhir adalah sistem pengacuan dengan cara
menempatkan informasi tentang identitas lengkap suatu sumber rujukan di bagian
akhir sebuah artikel. Endnote adalah catatan
akhir, yakni referensi yang diletakkan di akhir suatu karya ilmiah, sebelum
Daftar Pustaka.
Dalam program
komputer, cara pembuatan endnote persis sama dengan footnote, hanya
letaknya saja yang
harus diset di akhir karya ilmiah. Ketentuan‐ketentuan yang berlaku untuk footnote, juga berlaku untuk endnote, termasuk ketentuan
untuk Daftar Pustaka.
D.
Daftar Pustaka
Istilah daftar
pustaka, sering dianggap sama dengan bibliografi
(biblioghraphy), referensi (referency),
tau kepustakaan. Yang dimaksud
dengan bibliografi atau daftar pustaka adalah sebuah daftar yang berisi
kumpulan-kumpulan sumber bacaan atau sumber referensi karangan ilmiah yang tengah digarap, yang terdiri atas judul buku-buku,
artikel-artikel, dan bahan-bahan penerbitan lainnya. Daftar pustaka merupakan
suatu hal yang sangat penting dan disertakan pada akhir sebuah karangan ilmiah.
Kegunaan daftar pustaka ialah sebagai pelengkap dari sebuah catatan kaki, dalam
daftar pustakalah pembaca dapat mengetahui keterangan-keterangan yang lenkap
mengenai buku atau majalah yang menjadi sumber bacaannya.
1.
Cara Penulisan Daftar Pustaka
a.
Tulis tajuk daftar pustaka dengan menggunakan
huruf kapital dibagian tengah atas.
b.
Gunakan alinea
menggantung atau menonjol.
c.
Jarak spasi setiap baris
dalam sumber bacaan adalah satu spasi sedangkan jarak antara sumber bacaan yang
satu dengan yang lainnya adalah satu
setengah spasi.
d.
Urutkansusunan daftar
pustaka berdasarkan urutan abjad nama belakang penulis, atau nama lembaga yang
menebitkan sumber bacaan, bukan berdasarkan urutan angka atau huruf.
e.
Gelar tidak dicantumkan.
2.
Unsur-unsur Daftar Pustaka
a.
Nama pengarang, yang
dikutip secara lengkap.
b.
Judul buku, termasuk
judul tambahannya.
c.
Data publikasi :
penerbit, tempat terbit, tahun terbit, cetakan berapa, nomor jilid, dan tebal
(jumlah halaman) buku tersebut
d.
Untuk sebuah artikel
diperlukan pula judul artikel yang bersangkutan, nama majalah, jilid, nomordan
tahun.
3.
Keterangan Lain tentang Daftar Pustaka
a.
Penulis
Jika sebuah
sumber bacaan ditulis oleh pengarang yang memiliki nama tiga unsur, seperti
Romeo Andromeda Primakusuma, maka cara mencantum dalam daftar pustaka yaitu :
Primakusuma,
Romeo Andromeda
Kadang-kadang sebuah buku tidak mencantumkan
nama penulisnya. Jika itu terjadi, cantumkan nama lembaga yang menerbitkan buku
tersebut. Sebagai contoh: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa menerbitkan Kamus Istilah Ekonomi pada 2005 di Jakarta. Cara penulisan dlam
daftra pustaka adalah
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2005. Kamus Istilah Ekonomi. Jakarta.
Atau jika mengambil dari surat kabar atau majalah , cara
penulisannya
Jika mengambil sumber bacaan dari beberapa buku dan
pengarang yang sama, buatlah garis di bagian nama penulis.
Selanjutnya, jika nama pengarang dua atau
tiga orang, cara pencantumannya dalam daftar pustaka yaitu nama pengarang
pertama dibalik dan di ikuti lambing ‘&’ (dan) diikuti nama pengarang yang
kedua dan ketiga, tanpa membalik namanya. Jika nama pengarang lebih dari tiga
orang, tulislah dkk. (dan kawan-kawan) di belakang nama penulis pertama. Contoh
:
b.
Tahun
Penulisan tahun
terbit dicantumkan setelah nama penulis dan diakhiri tanda titik. Masalah yang
timbul biasanya ketika mengambil beberapa sumber buku dari pengarang dan tahun
yang sama. Tulislah huruf (a) di belakang tahun yang terbitannya lebih dahulu
dan tulislah huruf (b), (c) dan seterusnya di belakang tahun yang terbit
tekahir. Pencantuman huruf di belakang
tahun ini berfungsi untuk memudahkan perujukan dalam innote. Contoh :
Ketika kita akan mengetahui secara lengkap sumber bacaan
yang digunakan pada kutipan tersebut, kita akan mengalami kesulitan jika tidak
tercantum huruf a dan b. apakah kedua kutipan tersebut berasal dari buku yang
sama atau berbeda. Untuk lebih jelasnya, kita dapat melihatnya di dalam daftar
pustaka.
Kemudian, jika kita mengambil beberapa sumber bacaan dari
pengarang yang sama dengan tahun yang berbeda-beda, urut, urutkan berdasarkan
tahun yang terdahulu dan ikuti dengan sumber bacaan yang tahun terbitnya
tekahir, contoh:
Selanjutnya, jika sumber bacaan tidak mencantumakan tahun
terbit, tulislah frase tanpa tahun dan di akhiri dengan tanda titik.
c.
Judul
Cara penulisan
buku, surat kabar, majalah, antologi, dan website internet menggunakan huruf
miring jika memakai komputer dan menggunakan huruf tegak dan garis bawahjika
memakai mesin tik atau tulisan tangan, sedangkan judul artikel, makalah,
laporan tugas akhir, skripsi, tesis, dan disertasi ditulis dengan menggunakan
yanda petik(“…”).
BAB III
KESIMPULAN
Notasi ilmiah adalah catatan pendek untuk
mengetahui sumber informasi ilmiah yang dikutip dalam dalam satu karya ilmiah.
Karena catatan tersebut diletakan di bagian bawah halaman maka sering disebut
catatan kaki atau footnote.
Pembuatan notasi ilmiah mencakup pembuatan
kutipan, catatan kaki, dan daftar pustaka.
DAFTAR PUSTAKA
Fitriyah, Mahmudah Z. A. &
Ramlan Adbul Gani. 2007.” Pembinaan
Bahasa Indonesia”. Jakarta: Universitas
Islam Negeri Pers
Keraf, Gorys. 1994. “Komposisi Sebuah Pengantar Kemarihan Bahasa”.
Ende : Nusa Indah
Kuntarto, Ninik M. 2010. “Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir”.
Jakarta: Mitra Wacana Media
http://fauzi.sunan-ampel.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/teknik-penulisan-referensi.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar