Jumat, 01 November 2013

notasi ilmiah


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Karangan ilmiah merupakan referesentasi hasil pemikiran penulis atas suatu objek kajian kepada objek pembaca melalui bahasa tulis dengan mengikuti sistematika dan kaidah penulisan ilmiah. Karangan jenis ini biasanya memiliki aturan standar, baik dari aspek bahasa, maupun dari aspek metode penulisan. Adapun aspek penting dalam karangan ilmiah, yaitu sebuah catatan pendek untuk mengetahui sumber informasi ilmiah yang dikutip pada suatu karya ilmiah yang biasa disebut notasi ilmiah. Pembuatan notasi ilmiah dalam karangan ilmiah mencakup pembuatan kutipan, catatan kaki, dan daftar pustaka.
B.      Rumusan Masalah
1.       Apakah kegunaan notasi ilmiah dalam suatu karangan ilmiah?
2.       Bagaimanakah cara penggunaan notasi ilmiah dalam suatu karangan ilmiah?
3.       Mengapa notasi ilmiah begitu penting adanya dalam suatu karangan ilmiah?

C.      Tujuan Penulisan
1.       Untuk mengetahui kegunaan dari notasi ilmiah dalam suatu karangan ilmiah.
2.       Untuk mengetahui cara penggunaan noatsi ilmiah dalam suatu karangan ilmiah.
3.       Untuk mengetahui seberapa pentingnya noatasi ilmiah dalam sebuah karangan ilmiah.









BAB II
PEMBAHASAN

A.        NOTASI ILMIAH
Notasi ilmiah adalah catatan pendek untuk mengetahui sumber informasi ilmiah yang dikutip dalam dalam satu karya ilmiah. Karena catatan tersebut diletakan di bagian bawah halaman maka sering disebut catatan kaki atau footnote. Catatan kaki tidak hanya digunakan untuk mengetahui dan mendalami sumber informasi, tetapi juga untuk memberikan catatan tambahan tentang suatu informasi dalam penulisan ilmiah tanpa mengganggu keseluruhan penulisan tersebut. Ada beberapa cara untuk membuat notasi ilmiah yang diakui secara internasional. Pembuatan notasi ilmiah mencakup pembuatan kutipan, catatan kaki, dan daftar pustaka.
B.     KUTIPAN
         Pembuatan skripsi dan karya ilmiah mengharusakan para penulis mencari sumber informasi ilmiah yang diperlukan untuk penulisan tersebut. Pengetahuan yang dikutip dari seseorang dipergunakan untuk berbagai tujuan sesuai dengan argumentasi yang diajukan misalnya untuk mendukung pernyataan penulis atau mendefinisikan sesuatu.
1.  Tujuan Menulis Kutipan
Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seseorang pengarang, atau ucapan seseorang yang terkenal, baik terdapat dalam buku-buku maupun majalah-majalah. Penulis cukup mengutip pendapat yang dianggapnya benar itu dengan menyebutkan di mana pendapat itu dibaca, sehingga pembaca dapat mencocokkan kutipan dengan sumber aslinya.
Namun, penulis jangan sampai menyusun tulisan yang hanya berisi kumpulan kutipan. Kerangka karangan, kesimpulan, dan ide dasar harus tetap pendapat penulis pribadi, kutipan berfungsi untuk menunjang/mendukung pendapat tersebut. Selain itu, seorang penulis sebaiknya tidak melakukan pengutipan yang terlalu panjang, misalkan sampai satu halaman atau lebih, hingga pembaca lupa bahwa apa yang dibacanya adalah kutipan. Kutipan dilakukan seperlunya saja sehingga tidak merusak alur tulisan.
Kutipan juga bisa diambil dari pernyataan lisan dalam sebuah wawancara, ceramah, ataupun pidato. Namun, kutipan dari pernyataan lisan ini harus dikonfirmasikan dulu kepada narasumbernya sebelum dicantumkan dalam tulisan.
Fungsi utama kutipan dalam karya ilmiah adalah menegaskan isi uraian atau membuktikan kebenaran yang diajukan oleh penulis berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh  dari literatur, pendapat seseorang atau pakar, bahkan pengalaman empiris. Jadi kutipan hanya berfungsi sebagai bahan bukti untuk menunjang pendapat kita. Garis besar kerangka karangan, serta kesimpulan-kesimpulan yang dibuat merupakan pendapat penulis sendiri, sebaliknya kutipan-kutipan hanya berfungsi sebagai bahan bukti untuk menunjang pendapatya itu.
2.   Jenis Kutipan
      Menurut jenisnya, kutipan dapat dibedakan atas kutipan langsung dan kutipan tidak langsung.
a.       Kutipan Langsung
        Kutipan langsung adalah kutipan yang ditulis sama persis dengan sumber aslinya, baik bahasa maupun ejaannya dengan tidak mengadakan perubahan sama sekali. Kutipan yang panjangnya kurang dari empat baris dimasukan ke dalam teks, diketik seperti ketikan teks, diawali dan diakhiri dengan tanda petik (“). Sumber rujukan ditulis langsung sebelum atau sesudah teks kutipan. Rujukan ditulis di antara tanda kurung, dimulai dengan nama akhir sebagaimana tercantum dalam daftar pustaka, tanda koma, tahun terbitan, titik dua, spasi, dan diakhiri dengan nomor halaman (Penulis, Tahun: Halaman). Kutipan yang terdiri dari empat baris atau lebih, diketik satu spasi, dimulai dengan tujuh ketukan dari batas tepi kiri. Sumber rujukan ditulis langsung sebelum teks kutipan.
        Contoh kutipan langsung:
         Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara (Keraf, 1983: 3).
b.      Kutipan Tidak Langsung
Kutipan tidak langsung adalah kutipan yang tidak sama persis dengan aslinya. Pengutip hanya mengambil pokok pikiran dari sumber yang dikutip untuk dinyatakan kembali dengan kalimat yang disusun oleh pengutip. Kalimat-kalimat yang mengandungkutipan ide tersebut ditulis dengan spasi rangkap sebagaimana teks biasa. Semua kutipan harus dirujuk. Sumber rujukan dapat ditulis sebelum atau sesudah kalimat-kalimat yang mengandung kutipan. Apabila ditulis sebelum teks kutipan, nama akhir sebagaimana tercantum dalam daftar pustaka masuk ke dalam teks, diikuti dengan tahun terbitan di antara tanda kurung. Apabila ditulis sesudah teks kutipan, rujukan ditulis di antara tanda kurung, dimulai dengan nama akhir sebagaimana tercantum dalam daftar pustaka, titik dua, dan diakhiri dengan tahun terbitan.
Contoh kutipan tidak langsung:
Seperti dikatakan oleh Gorys Keraf (1983:3) bahwa argumentasi pada dasarnya tulisan yang bertujuan mempengaruhi keyakinan pembaca agar yakin akan pendapat penulis bahkan mau melakukan apa yang dikatakan penulis.
3.   Prinsip-Prinsip Mengutip
      Beberapa prinsip yang harus diperhatikan pada waktu membuat kutipan adalah:
a.       Jangan mengadakan perubahan
          Pada waktu melakukan kutipan langsung, pengarang tidak boleh mengubah kata-kata atau teknik dari teks aslinya. Bila pengarang menganggap perlu untuk mengadakan perubahan tekniknya, maka ia harus menyatakan atau memberi keterangan yang jelas bahwa telah diadakan perubahan tertentu. Dalam hal demikian penulis harus memberi keterangan keterangan dalam tanda kurung segi bahwa perubahan teknik itu dibuat sendiri oleh penulis, dan tidak ada dalam teks aslinya. Keterangan dalam kurung misalnya berbunyi sebagai berikut: (garis bawah oleh penulis).
b.        Bila ada kesalahan
         Bila dalam kutipan terdapat kesalahan atau keganjilan, entah dalam persoalan ejaan maupun dalan soal-soal ketatabahasaan, penulis tidak boleh memperbaiki kesalahan-kesalahan itu. Ia hanya mengutip sebagaimana adanya. Demikian pula halnya kalau penulis tidak setuju dengan satu bagian dari kuitpan itu. Dapat diyatakan dengan menuliskan simbol (sic!) langsung setelah kesalahan tersebut.
         Perhatikan contoh berikut:
                “Demikian juga dengan data bahasa yang lain dalam karya tulis ini kami selalu berusaha mencari bentuk kata yang mengandung makan (sic!) sentral/distribusi yang terbanyak sebagai bahan daftar Swadesh.”
         Kata makan dalam kutipan di atas sebenarnya salah cetak, yang seharusnya makna. Namun dalam kutipan, penulis tidak boleh langsung memperbaiki kesalahan itu.
         Untuk karya-karya ilmiah penggunaan (sic!) yang ditempatkan langsung di belakang kata atau bagian yang bersangkutan, dirasakan lebih mantap.
c.         Menghilangkan bagian kutipan
         Dalam kutipan-kutipan diperkenankan pula menghilangkan bagian-bagian tertentu dengan syarat bahwa penghilangan bagian itu tidak boleh mengakibatkan perubahan makna aslinya atau makna keseluruhannya. Penghilangan itu biasanya dinyatakan dengan mempergunakan tiga titik berspasi (. . .). jika unsur yang dihilangkan itu terdapat pada akhir sebuah kalimat, maka ketiga titik berspasi itu ditambahkan sesudah titik yang mengakhiri kalimat itu. Bila bagian yang dihilangkan itu terdiri dari satu alinea atau lebih, maka biasanya dinyatakan dengan titik-titik berspasi sepanjang satu baris halaman.
                  Contoh:
. . . Akan tetapi komunikasi dalam iklan bersifat khusus. Iklan peda prinsipnya adalah “komunikasi nonproposal yang dibayar oleh sponsor yang menggunakan media massa untuk membujuk dan mempengaruhi khalayaknya” (Wells, 1992:10). . . . Segi nonpersonal itu membedakan iklan dari promosi. .................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
Dari definisi tersebut dapat ditarik empat kata kunci yaitu, soponsor, pesan, media, dan sasaran.
4.   Cara-Cara Mengutip
      Perbedaan antara kutipan langsung dan kutipan tidak langsung akan membawa akibat yang berlainan pada saat memasukannya dalam teks. Begitu pula cara membuat kutipan langsung akan berbeda pula menurut panjang pendeknya kutipan itu. Agar tiap-tiap jenis kutipan dapat dipahami dengan lebih jelas, perhatikanlah cara-cara berikut:
a.      Kutipan langsung yang tidak lebih dari empat baris
        Sebuah kutipan langsung yang panjangya tidak lebih dari empat baris ketikan, akan dimasukkan dalam teks dengan cara-cara berikut:
1)      Kutipan itu diintegrasikan langsung dengan teks;
2)      Jarak antara baris dengan baris dua spasi;
3)      Kutipan itu diapit dengan tanda kutip;
4)      Sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukan setengah spasi ke atas, atau dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu.
b.      Kutipan langsung yang lebih dari empat baris
        Bila sebuah kutipan terdiri dari lima baris atau lebih, maka seluruh kutipan itu harus digarap sebagai berikut:
1)      Kutipan itu dipisahkan dari teks dalam jarak 2,5 spasi;
2)      Jarak antara baris dengan baris kutipan satu spasi;
3)      Kutipan itu boleh atau tidak diapit dengan tanda kutip;
4)      Sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukan setengah spasi keatas, atau dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu;
5)      Seluruh kutipan itu dimasukan ke dalam 5-7 katikan, bila kutipan itu dimulai dengan alinea baru, maka baris pertama dari kutipan itu dimasukan lagi 5-7 ketikan.
          Kadang-kadang terjadi bahwa dalam kutipan itu terdapat lagi kutipan. Dalam hal ini ditempuh dua cara:
1)      Mempergunakan tanda kutip ganda (“. . .”) bagi kutipan asli dan tanda kutip tunggal (‘. . .’) bagi kutipan dalam kutipan itu, atau sebaliknya;
2)      Bagi kutipan asli tidak dipergunakan tanda kutip, sedangkan kutipan dalam kutipan itu mempergunakan tanda kutip ganda.

c.       Kutipan tidak langsung
        Dalam kutipan tidak langsung biasanya inti atau seri pendapat itu yang dikemukakan. Sebab itu kutipan itu tidak boleh mempergunakan tanda kutip. Beberapa syarat harus diperhatikan untuk membuat kutipan tidak langsung:
1)      Kutipan itu diintegrasikan dengan teks;
2)      Jarak antar baris dua spasi;
3)      Kutipan tidak diapit dengan tanda kutip;
4)      Sesudah kutipan selesai deberi nomor urut penunjukan setengah spesi ke atas, atau dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman terdapat kutipan itu.

d.      Kutipan atas ucapan lisan
        Dalam karya-karya ilmiah atau tulisan-tulisan lainnya, sering pula dibuat kutipan-kutipan atas ucapan lisan, entah yang diberikan dalam ceramah-ceramah, kuliah-kuliah atau wawancara-wawancara. Sebenarnya kutipan atas sumber semacam ini sulit dipercaya, kecuali mingkin ucapan yang disampaikan seorang tokoh yang penting dalam suatu kesempatan yang luar biasa, serta dapat diikuti oleh masyarakat luas .
C.      FOOTNOTES, BODYNOTES DAN ENDNOTES
1.       Footnotes
Footnotes adalah catatan pada kaki halaman untuk menyatakan sumber suatu kutipan, pendapat, buah pikiran fakta-fakta atau ikhtisar. Footnotes dapat juga berisi komentar mengenai suatu hal yang di kemukakan di dalam teks. Nomor footnotes  atau catatan kaki diberi nomor sesuai dengan nomor kutipan dalam tiap bab dimulai dengan nomor satu.
Bentuk footnotes atau catatan kaki didalamanya harus dicantumkan nama pengarang, nama buku, nomor jilid, nama penerbit, tempat dan tahun penerbitan, halaman-halaman yang dikutip atau yang berkenaan dengan teks.
Footnotes ini ada seluk beluknya. Walaupun pada garis besarnya sama, ada pula perbedaannya yang perlu dibicarakan dan diperhatikan. Di bawah ini akan kita bicarakan bentuk footnotes untuk sumber-sumber yang berikut:
a.    Buku
Contoh :

1 Harold Alberty, Reorganizing the High School Curriculum, The MacMillan Company, New York, 1953, h. 78.

2 Harun Nawawi, Mengukur Tanah dan Menyipat Tanah, H. Stam, Jakrta, 1953, h. 25

Pada contoh-contoh footnotes yang di atas kita lihat berturut-turut
1)      Nomor footnotes, agak diangkat sedikit di atas baris biasa, tetapi tidak sampai setinggi satu spasi. Nomor itu jauhnya tujuh pukulan tik dari garis margin teks, yakni sama dengan permulaan alinea baru. Kalau suatu footnotes, terdiri dari lebih dua baris, maka baris kedua dan selanjutnya dimulai pada garis margin teks biasa.
2)      Nama pengarang menurut urutan namanya yang sewajarnya, yakni nama kecil atau inisialnya dan nama akhirnya. Pangkat atau gelar seperti, Prof., dr., Mr., dan sebagainya tidak usah di cantumkan. Kalau pengarang memakai nama samara, di antara tanda kurung besar kita cantumkan nama yang sebenarnya. Contoh
3 Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah), Sejarah Ummat Islam, Penerbit Islamiyah, Medan, 1950, h. 47.
3)      Nama buku, diberi bergaris (dalam buku ini cetak miring)
4)      Keterangan-keterangan mengenai penerbit: nama, tempat dan tahun penerbitan.
5)      Nomor halaman yang bersangkutan.
Footnotes berhubungan dengan jumlah pengarang.
a)      Pengarang: seorang Contoh (lihat di atas)
b)      Pengrang: dua atau tiga orang. Nama pengarang harus dicantumkan seluruhnya. Contoh:
4 Robert. S. woodworth dan Donald G. marquis, Psychology, Henry Holt and company, New York, 1947. h. 56.
5 LCT Bigot, Ph. Kohnstamm, B.G palland, Leerboek der Psycholigie, J.b wolters, Groningen, 1949.h. 44.
c)       Pengarang: lebih dari tiga orang. Dicantumkan hanya nama pengarang pertama dan di belakangnya di tulis “et al”, asal daeri et alii artinya “dengan orang lain”. Contoh:

6 Florence B. Stratemeyer, (et al), Developing a Curriculum for Modern Living, Bureau of Publications Teacher College, Columbia University, New York, 1975, h. 56 – 149.
d)      Kumpulan karangan. Yang dicantumkan nama editornya saja, di belakangnya (ed). Contoh:
7 Donald P. Cottrell (ed), Teacher education for a Free People, The American Association of Colleges for Teacher education, New York, 1956, h. 220.
e)      Tidak ada pengarang tertentu. Sebagai pengarang disebut nama badan, lembaga, perkumpulan, peusahaan, Negara, dan sebagainya, yang menerbitkannya. Contoh:
8 Balai Kursus Tertulis Pendidikan Guru, Large Scale Teachers Training, Nix and company, Bandung, 1953, h. 17.
f)       Buku yang di terjemahkan. Yang dicantumkan tetap nama pengarang aslinya, dan di belakang nama penerjemahnya. Contoh:
9 Karl Barth, The Doctrine of the World of God, Terjemahan G.T. Thompson. Charles Seribner’s Sons, New York, 1939, h 23.

b.    Majalah
Contoh:
10 Mochtar Naim, “Mengapa Orang Minang Merantau?” Tempo , 31 Januari 1975, h. 36.
11  L.J wetwood, “The role of the Teacher”, Education Research IX no. 2 Februari 1976, h.70.
Di sini kita  lihat berturut-turut:
1)      Nama pengarang, seperti pada buku
2)      Judul karangan, di antara tanda kutip
3)      Nama majalah, diberi bergaris (dalam buku ini setak miring)
4)      Nomor majalah, dengan angka romawi (kalau ada)
5)      Bulan dan tahun penerbitan
6)      Nomor halaman yang berdangkutan.
kalau tidak diketahui pengarang suatu artikel dalam majalah, maka nama pengarang didiadakan, jadi footnotes dimulai dengan judul karangan. Contoh:
12 “Sekolah Percobaan di Yogyakarta,” Suara Guru II, September 1957, h. 18-19-21.
c.     Surat kabar
Contoh :
13 Pikiran Rakyat, 25 Januari 1977, h. 2

d.    Karangan yang tidak diterbitkan, seperti tesis, disertasi
Contoh:
14 A.H. Daeng Marimba, “Sutu Tinjauan Psikologis mengenai Hubungan Sosial di ‘Tambatan Hati’ dan Pengaruhnya Terhadap Sikap Sosial Anak”, Tesis Sarjana Pendidikan, Pepustakaan IKIP Bandung, h. 17.

e.    Interview
Contoh:
15 Wawancara dengan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 8 April 1977.

f.      Ensiklopedi
(a)    Nama pengarang diketahui
16 E.e. kellet, ‘Spinozoa”, Encyclopedia of Religions and Ethics XI 1921, h. 251.
(b)   Nama pengarang tidak diketahui
17Katalisator”, ensiklopedia Indonesia I.

g.     Bahan yang dikutip
18 William H. Burton. The Guidance of Learning Activities, D. Appleton-Century Company, Inc., New York, 1952, h. 186, dikutip dari Ernest Hilgard, Theories of Learning, Appleton, New York, 1948, h. 37.

Bila sumber yang sama diacu lagi, catatan untuk pengacuan kedua dan seterusnya dilakukan dengan tanda-tanda tertentu
a.        Tanda ibid. (berasal dari kata ibidem yang berarti ‘di tempat yang sama’) Singkatan ini digunakan apabila referensi dalam catatan kaki nomor tersebut sama dengan referensi pada nomor sebelumnya (tanpa diselingi catatan kaki lain). Apabila halamannya sama, cukup ditulis Ibid., bila halamannya berbeda, setelah Ibid. dituliskan nomor halamannya.
b.      Tanda op. cit. (singkatan dari kata Latin opere citato yang berarti pada karya yang diacu) menandai pengacuan pada karya yang sama seperti yang diacu sebelumnya tetapi pada halaman lain. Singkatan ini digunakan apabila referensi dalam catatan kaki pada nomor tersebut sama dengan referensi yang telah dikutip sebelumnya, namun diselingi catatan kaki lain. Op.Cit. khusus digunakan bagi referensi yang berupa buku.
c.       Tanda loc. cit. (singkatan dari kata Latin loco citato yang berarti di tempat diacu) menunjukkan pengacuan pada halaman yang sama dengan yang diacu sebelumnya yang mungkin diselang oleh pengacuan pada sumber rujukan lain. Singkatan ini digunakan sama dengan Op.Cit., yaitu apabila referensi dalam catatan kaki pada nomor tersebut sama dengan referensi yang telah dikutip sebelumnya, namun diselingi catatan kaki lain. Namun, referensi yang diacu Loc.Cit. bukan berupa buku, melainkan artikel, baik itu dari koran, majalah, ensiklopedi, internet, atau lainnya.

contoh:

Text Box: 1 Arthur Asa Berger, Media Analysis Techniques, terj. Setio Budi (Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atma Jaya, 2000), hal. 45.
2 Ibid. 
3 Ibid., hal. 55.
4 Dedy N. Hidayat, "Paradigma dan Perkembangan Penelitian Komunikasi," Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia,  No. 2 (Oktober, 1998), hal. 25-26.
5 Ibid., hal. 28.
6  Arthur Asa Berger, Op.Cit., hal. 70.
7 Hubert L. Dreyfus, Paul Rabinow, Beyond Structuralism and Hermeneutics (Chicago: University of Chicago Press, 1982), hal. 72 - 76.
8 Francis Fukuyama, “Benturan Islam dan Modernitas,” Koran Tempo, 22 November, 2001, hal. 45.
9 Robert McChesney, “Rich Media Poor Democracy,” www.thirdworldtraveler.com/Robert_McChesney_page.html (akses 16 Agustus 2006).
10 Arthur Asa Berger, Op.Cit., hal. 96.
11 Ibid., hal. 99.
12 Ibid.
13 Dedy N. Hidayat, Loc.Cit., hal. 22.
14 Francis Fukuyama, Loc.Cit.
15 Hubert L. Dreyfus, Paul Rabinow, Op.Cit., 58.
16 Dedy N. Hidayat, Loc.Cit., hal. 21.
 



















Cara membaca:

           
1.       Catatan kaki nomor (2) menggunakan Ibid., karena sumber kutipannya sama persis dengan nomor (1) baik buku maupun halamannya.
2.       Catatan kaki nomor (3) buku referensinya sama dengan nomor (2), hanya saja beda halamannya.
3.       Catatan kaki nomor (5) referensinya sama dengan nomor (4), hanya saja beda halamannya.
4.       Catatan kaki nomor (6), referensinya sama dengan nomor (1), karena telah diselingi oleh catatan kaki lain, maka menggunakan Op.Cit., serta menuliskan nama pengarang dan halaman.
5.       Catatan kaki nomor (10) referensinya sama dengan nomor (1), karena telah diselingi oleh catatan kaki lain, maka menggunakan Op.Cit.
6.       Catatan kaki nomor (11), referensinya sama dengan catatan kaki sebelumnya, tanpa diselingi catatan kaki lain, yaitu nomor (10), hanya saja beda halamannya.
7.       Catatan kaki nomor (12) referensinya sama persis dengan nomor (11).
8.       Catatan kaki nomor (13) referensinya sama dengan nomor (4), hanya beda halamannya, karena telah diselingi oleh catatan kaki lain dan nomor (4) berbentuk artikel (bukan buku) maka menggunakan Loc.Cit., serta menuliskan halamannya.
9.       Catatan kaki nomor (14) referensinya sama persis, termasuk halamannya, dengan nomor (8), karena telah diselingi oleh catatan kaki lain dan nomor (8) berbentuk artikel (bukan buku) maka menggunakan Loc.Cit.
10.   Catatan kaki nomor (15) referensinya sama dengan nomor (7), hanya beda halaman, karena telah diselingi oleh catatan kaki lain dan nomor (7) berbentuk buku (bukan artikel) maka menggunakan Op.Cit., serta menuliskan halamannya.
11.   Catatan kaki nomor (16) referensinya sama dengan nomor (4), hanya beda halamannya, karena telah diselingi oleh catatan kaki lain dan nomor (4) berbentuk artikel (bukan buku) maka menggunakan Loc.Cit., serta menuliskan halamannya.

2.      Bodynotes

Dilakukan ketika penulis mencantumkan sumber kutipan langsung setelah selesainya sebuah kutipan dengan menggunakan tanda kurung. Sebuah tulisan ilmiah harus menggunakan salah satu jenis penulisan referensi tersebut, serta harus konsisten dengan jenis tersebut. Artinya, ketika sebuah tulisan menggunakan bodynote, maka seluruh referensi dari awal hingga akhir tulisan harus menggunakan bodynote. Atau, jika seorang penulis menggunakan catatan kaki, sejak awal hingga akhir tulisan, penulis harus menggunakan catatan kaki untuk menuliskan referensinya.
Kelebihan catatan tubuh adalah kemudahan bagi pembaca dalam mengecek sumber sebuah kutipan yang langsung terdapat sebelum atau setelah kutipan tersebut, tanpa perlu berpindah ke bagian bawah halaman.
Prinsip-prinsip dalam menuliskan catatan tubuh:
a.    Catatan tubuh menyatu dengan naskah, hanya ditandai dengan kurung buka dan kurung tutup.
b.    Catatan tubuh memuat nama belakang penulis, tahun terbit buku dan halaman yang dikutip. Contoh:
1)    Nama penulis adalah Arthur Asa Berger, maka cukup ditulis Berger.
2)    Nama penulis Jalaluddin Rakhmat, maka cukup ditulis Rakhmat.
c.     Terdapat dua cara menuliskan catatan tubuh:
1)    Nama penulis, tahun terbit dan halaman berada dalam tanda kurung, ditempatkan setelah selesainya sebuah kutipan. Jika kutipan ini merupakan akhir kalimat, maka tanda titik ditempatkan setelah kurung tutup catatan tubuh. Contoh:
Di titik inilah esensi hegemoni: hubungan di antara agen-agen utama yang menjadi alat sosialisasi dan orientasi ideologis, yang berinteraksi, kumulatif, dan diterima oleh masyarakat (Lull, 1995: 31-38).
2)    Nama penulis menyatu dalam naskah tulisan, tidak berada dalam tanda kurung, sementara tahun penerbitan dan halaman berada dalam tanda kurung. Model ini biasanya ditempatkan sebelum sebuah kutipan. Contoh:
Menurut Lull (1995: 31-38), di titik inilah esensi hegemoni: hubungan di antara agen-agen utama yang menjadi alat sosialisasi dan orientasi ideologis, yang berinteraksi, kumulatif, dan diterima oleh masyarakat.
3.      Endnotes
Catatan Akhir adalah sistem pengacuan dengan cara menempatkan informasi tentang identitas lengkap suatu sumber rujukan di bagian akhir sebuah artikel. Endnote adalah catatan akhir, yakni referensi yang diletakkan di akhir suatu karya ilmiah, sebelum Daftar Pustaka.
Dalam program komputer, cara pembuatan endnote persis sama dengan footnote, hanya
letaknya saja yang harus diset di akhir karya ilmiah. Ketentuan‐ketentuan yang berlaku untuk footnote, juga berlaku untuk endnote, termasuk ketentuan untuk Daftar Pustaka.

D.        Daftar Pustaka
Istilah daftar pustaka, sering dianggap sama dengan bibliografi (biblioghraphy), referensi (referency), tau kepustakaan. Yang dimaksud dengan bibliografi atau daftar pustaka adalah sebuah daftar yang berisi kumpulan-kumpulan sumber bacaan atau sumber referensi karangan ilmiah  yang tengah digarap, yang  terdiri atas judul buku-buku, artikel-artikel, dan bahan-bahan penerbitan lainnya. Daftar pustaka merupakan suatu hal yang sangat penting dan disertakan pada akhir sebuah karangan ilmiah. Kegunaan daftar pustaka ialah sebagai pelengkap dari sebuah catatan kaki, dalam daftar pustakalah pembaca dapat mengetahui keterangan-keterangan yang lenkap mengenai buku atau majalah yang menjadi sumber bacaannya.
1.         Cara Penulisan Daftar Pustaka
a.    Tulis  tajuk daftar pustaka dengan menggunakan huruf  kapital dibagian tengah atas.
b.    Gunakan alinea menggantung atau menonjol.
c.     Jarak spasi setiap baris dalam sumber bacaan adalah satu spasi sedangkan jarak antara sumber bacaan yang satu dengan yang lainnya  adalah satu setengah spasi.
d.    Urutkansusunan daftar pustaka berdasarkan urutan abjad nama belakang penulis, atau nama lembaga yang menebitkan sumber bacaan, bukan berdasarkan urutan angka atau huruf.
e.    Gelar tidak dicantumkan.

2.         Unsur-unsur Daftar Pustaka
a.    Nama pengarang, yang dikutip secara lengkap.
b.    Judul buku, termasuk judul tambahannya.
c.     Data publikasi : penerbit, tempat terbit, tahun terbit, cetakan berapa, nomor jilid, dan tebal (jumlah halaman) buku tersebut
d.    Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel yang bersangkutan, nama majalah, jilid, nomordan tahun.




Text Box: DAFTAR  PUSTAKA
Penulis. Tahun. Judul Buku. Tempat: Penerbit.
Penulis. Tahun. “Judul Artikel”. Dalam Nama Srat Kabar.Tanggal. Tempat.
Penulis. Tahun. “Judul Artikel”. Dalam Nama Majalah. Edisi/Nomor(angka romawi)/Tanggal.                          
Tempat.
Penulis. Tahun. “Judul Artikel”. Dalam Nama Antologi. Tempat: Penerbit.
Penulis. Tahun. “Judul Artikel”. Dalam Alamat Website.
Penulis. Tahun. “Judul Makalah”. Data Publikasi. Tempat.
Penulis. Tahun. “Judul Laporan Tugas Akhir”. Laporan. Tempat: Nama Perguruan Tinggi.
Penulis. Tahun. “Judu; Skripsi/Tesis/Disertasi”. Bentuk Karangan. Tempat: Nama Perguruan                                             
               Tinggi.
 








3.         Keterangan Lain tentang Daftar Pustaka
a.    Penulis
Jika sebuah sumber bacaan ditulis oleh pengarang yang memiliki nama tiga unsur, seperti Romeo Andromeda Primakusuma, maka cara mencantum dalam daftar pustaka yaitu :
Primakusuma, Romeo Andromeda
Kadang-kadang sebuah buku tidak mencantumkan nama penulisnya. Jika itu terjadi, cantumkan nama lembaga yang menerbitkan buku tersebut. Sebagai contoh: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa menerbitkan Kamus Istilah Ekonomi  pada 2005 di Jakarta. Cara penulisan dlam daftra pustaka adalah
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2005. Kamus Istilah Ekonomi. Jakarta.
Atau jika mengambil dari surat kabar atau majalah , cara penulisannya
Text Box: Kompas. 2006. “Pesona Negeri Singan di Penghujung Tahun”. 8 November. Jakarta.
Femina. 1999. “Manakah Tipe Cinta Anda”. Nomor 18/ XXXVII, Mei. Jakarta.
 



Jika mengambil sumber bacaan dari beberapa buku dan pengarang yang sama, buatlah garis di bagian nama penulis.
Text Box: Keraf, Gorys. 1980. Komposisi, Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende: Nusa Indah.
                      . 1981. Diksi dan Gaya Bahasa. Ende: Nusa Indah.
                      . 1985. Eksposisi dan Deskripsi. Ende: Nusa Indah.
                     . 2003.  Argumentasi dan narasi. Jakarta: Gramedia.
 




Selanjutnya, jika nama pengarang dua atau tiga orang, cara pencantumannya dalam daftar pustaka yaitu nama pengarang pertama dibalik dan di ikuti lambing ‘&’ (dan) diikuti nama pengarang yang kedua dan ketiga, tanpa membalik namanya. Jika nama pengarang lebih dari tiga orang, tulislah dkk. (dan kawan-kawan) di belakang nama penulis pertama. Contoh :
Text Box: Arifin, Zaenal dan S. Araman Tasai. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika  
Pressindo.
Luxemburg, Jan Van dkk. 1989. Tentang Sastra. Terjemahan Achadiati Ikram. Jakarta:
Indonesia.
 




b.    Tahun
Penulisan tahun terbit dicantumkan setelah nama penulis dan diakhiri tanda titik. Masalah yang timbul biasanya ketika mengambil beberapa sumber buku dari pengarang dan tahun yang sama. Tulislah huruf (a) di belakang tahun yang terbitannya lebih dahulu dan tulislah huruf (b), (c) dan seterusnya di belakang tahun yang terbit tekahir. Pencantuman  huruf di belakang tahun ini berfungsi untuk memudahkan perujukan dalam innote.  Contoh :
Text Box: 1.4 Pendekatan Penelitian 
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adlah sosiologi sastra. Menurut Sapardi Djoko Damono (1987a: 1), sosiologi sastra adalah ilmu yang membahas hubungan antara pengarang, masyarakat dan karya sastra. Selanjutnya, ia menjelaskan bahwa memalui soaiologi sastra kita dapat menganalisis ‘Apakah latar belakang social pengarang  menetukan isi karangan? Apakah dalam karya-karyanya pengarang mewakili golongannya? Apakah ….
(Damono,1987b:14)’
 







Ketika kita akan mengetahui secara lengkap sumber bacaan yang digunakan pada kutipan tersebut, kita akan mengalami kesulitan jika tidak tercantum huruf a dan b. apakah kedua kutipan tersebut berasal dari buku yang sama atau berbeda. Untuk lebih jelasnya, kita dapat melihatnya di dalam daftar pustaka.
Text Box: Damono, Sapardi Djoko. 1987a. Sosiologi Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
                                          .1987b. “Catatan Kecil tentang Aspek Rekreaitif 
Sastra Populer”. Makalah. Yogyakarta.
 




Kemudian, jika kita mengambil beberapa sumber bacaan dari pengarang yang sama dengan tahun yang berbeda-beda, urut, urutkan berdasarkan tahun yang terdahulu dan ikuti dengan sumber bacaan yang tahun terbitnya tekahir, contoh:
Text Box: Teeuw, A. 1953. Pokok dan Tokoh dalam Kesusastraan Indonesia Baru. Jakrta: Jajasan  
Pembangunan
                     . 1983. Menilai dan Membaca Sastra. Jakarta: Gramedia.
                     . 1988. Sastra dan Ilmu sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.
                     . 1989. Sastra Indonesia Modern II. Jakarta: Pustaka Jaya.
 





Selanjutnya, jika sumber bacaan tidak mencantumakan tahun terbit, tulislah frase tanpa tahun dan di akhiri dengan tanda titik.
Text Box: Herintianto, Indra. Tanpa Tahun. Bangkitnya Wanita Perkasa dalam Perempuan di Titik 
Nol. Bandung: Karina Widya Loka.
Mulyana, Adang. Tanpa Tahun. Perempuan Biasa. Surabaya: Atiek Jaya.
 



c.     Judul
Cara penulisan buku, surat kabar, majalah, antologi, dan website internet menggunakan huruf miring jika memakai komputer dan menggunakan huruf tegak dan garis bawahjika memakai mesin tik atau tulisan tangan, sedangkan judul artikel, makalah, laporan tugas akhir, skripsi, tesis, dan disertasi ditulis dengan menggunakan yanda petik(“…”).

Text Box: Damono, Sapardi Djoko. 1993. “Pembicaraan Awal tentang Sastra Populer”. Makalah 
pada Musyawarah Nasional III dan Pertemuan Ilmiah VI HISKI di Yogyakarta.
                                          . 2002. “ Ke Manakah Perkembangan Sastra Kita?”. Dalam 
http://www.bahasasastra.web.id/sapardi.asp
Danajaya. 2000. “Roman Pitjisan”. Dalam E. Ulrich Kartz. Sejarah Sastra Indonesia Abad
XX. Antologi. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, Yayasan adikarya IKAPI & The Ford Foundation.
Ekowati, Dede. 2006. “Analisis Rasio Terhadap Laporan Keuangan PT Kalbefarma, Tbk”. 
Laporan Tugas Akhir. Bekasi: Akademi Bina Insani.
Mediayawati, Ninik. 1995. “Analisis structural Cerpen –cerpen Lupus  Karangan Hilman 
Hariwijaya dan Kemungkinannya sebagai Bahan Penganjaran Sastra di SMU”. Skripsi. Yogyakarta: FPBS IKIP Yogyakarta.
Keraf, Gorys. 1978. “Morfologi Diealek Lamalera”. Disertasi. Jakarta: Universitas 
Indonesia.
 











BAB III
KESIMPULAN

Notasi ilmiah adalah catatan pendek untuk mengetahui sumber informasi ilmiah yang dikutip dalam dalam satu karya ilmiah. Karena catatan tersebut diletakan di bagian bawah halaman maka sering disebut catatan kaki atau footnote.
Pembuatan notasi ilmiah mencakup pembuatan kutipan, catatan kaki, dan daftar pustaka.


















DAFTAR PUSTAKA

Fitriyah, Mahmudah Z. A. & Ramlan Adbul Gani. 2007.” Pembinaan Bahasa  Indonesia”. Jakarta: Universitas Islam Negeri Pers
Keraf, Gorys.  1994.  “Komposisi Sebuah Pengantar Kemarihan Bahasa”. Ende : Nusa Indah
Kuntarto, Ninik M. 2010. “Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir”. Jakarta: Mitra Wacana Media
http://fauzi.sunan-ampel.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/teknik-penulisan-referensi.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar