BAB I
PENDAHULUAN
Hampir setiap saat manusia saling berhubungan atau berinteraksi, baik
antarindividu, individu dengan kelompok, atau antar kelompok. Pada hakikatnya, manusia
adalah makhluk sosial. Di dalam dirinya terdapat hasrat untuk berkomunikasi, bergaul,
dan bekerja sama dengan orang lain. Karena itulah, interaksi dengan orang lain
merupakan kebutuhan mendasar dalam diri manusia. Setiap manusia berkenalan,
bekerja sama, berorganisasi, bersaing, bahkan berkonflik untuk mendapatkan
sesuatu. Dari sudut pandang sosiologi, hubungan-hubungan seperti itu disebut
interaksi sosial.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Interaksi Sosial
Dilihat dari asal usulnya, interaksi sosial berasal dari
bahasa inggris social interaction, yang mengandung pengertian sebagai
saling tindak (interaction) yang
dibangun, dipertahankan, dan atau diubah oleh dua orang atau lebih. Hal ini
mengisyaratkan bahwa tindakan sosial merupakan unsur utama interaksi sosial. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, interaksi didefinisikan sebagai hal saling
melakukan aksi, berhubungan, atau saling mempengaruhi. Dengan demikian, interaksi
sosial adalah hubungan timbal balik (sosial) berupa aksi saling
mempengaruhi antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok,
atau antara kelompok dengan kelompok. Sementara itu, Gillin mengartikan
interaksi sosial sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut
hubungan antarindividu, individu dengan kelompok, atau antar kelompok.[1]
Dengan demikian, menurut Charles P. Loomis, sebuah hubungan bisa disebut interaksi sosial
jika memiliki ciri-ciri berikut :
1.
Jumlah
pelaku dua orang atau lebih.
2.
Adanya
komunikasi antarpelaku dengan menggunakan symbol atau lambang.
3.
Adanya
suatu dimensi waktu yang meliputi masa lalu, masa kini, dan masa yang akan
datang.
4.
Adanya
tujuan yang hendak dicapai sebagai hasil dari interaksi tersebut.
B.
Syarat
Terjadinya Interaksi Sosial
Menurut
Soerjono Soekanto, interaksi sosial tidak mungkin terjadi tanpa adanya dua syarat,
yaitu kontak sosial dan komunikasi.
a.
Kontak
Sosial
Kontak sosial berasal dari bahasa Latin yaitu con
atau cum yang artinya bersama-sama dan tango yang artinya menyetuh. Secara harfiah, kontak
berarti bersama-sama menyentuh secara fisik. Dalam pengertian sosiologi kontak
tidak selalu harus bersentuhan fisik, namun dapat berupa tatap muka,
berhadapan, berbicara langsung melalui telepon, melihat televisi, dan membaca
surat. Bahkan dapat dikatakan bahwa hubungan badaniah tidak perlu menjadi
syarat utama terjadinya kontak.[2]
1.
Bentuk
kontak sosial, antara lain sebagai berikut :
a.
Kontak
antara individu dan individu[3]
b.
Kontak
antara individu dan kelompok
c.
Kontak
antara kelompok dan kelompok
2.
Sifat
kontak sosial
Kontak sosial dapat bersifat primer dan sekunder
a.
Kontak
primer adalah kontak yang dilakukan secara langsung.
Contoh kontak primer, antara lain :
a)
Bertatap
muka
b)
Saling
senyum
c)
Bersalaman
b.
Kontak
sekunder adalah kontak yang dilakukan melalui perantara atau penghubung.
Kontak sekunder terdiri atas kontak sekunder langsung dan
kontak sekunder tidak langsung.
a)
Kontak
sekunder langsung, yaitu kontak yang dilakukan masing-masing pihak melalui alat
tertentu, misalnya telepon, surat, dan melihat TV.
b)
Kontak
sekunder tidak langsung adalah kontak yang dilakukan dengan bantuan pihak lain
atau orang ketiga.
b.
Komunikasi
Komunikasi adalah tindakan seseorang untuk menyampaikan
pesan dari satu pihak kepada pihak lain sehingga pihak lain tersebut memberikan
reaksi atas maksud atau pesan yang disampaikan.
Komunikasi
dapat diwujudkan dengan pembicaraan, gerak-gerik fisik, ataupun perasaan. Dari
sini muncullah reaksi atau pesan yang diterima baik itu berupa perasaan, gerak
balasan, maupun pembicaraan. Saat bereaksi itulah terjadi komunikasi.
Karena
komunikasi adalah penyampaian pesan dan hasilnya adalah reaksi yang menghasilkan
sesuatu yang positif atau terjadi kerja sama apabila masing-masing pelaku
komunikasi saling memahami maksud dan tujuan pihak lain. Akan tetapi, tidak
selalu komunikasi menghasilkan kerja sama bahkan suatu pertikaian mungkin akan terjadi sebagai akibat salah paham atau
karena masing-masing tidak mau mengalah.[4]
C.
Faktor-Faktor
Pendorong Interaksi Sosial
Interaksi sosial kelihatannya sederhana. Orang bertemu
lalu berbicara atau sekedar bertatap muka. Padahal sebenarnya interaksi sosial
merupakan suatu proses yang cukup kompleks. Interaksi ini dilandasi oleh
beberapa faktor psikologi, yaitu :
a.
Imitasi
Imitasi adalah suatu tindakan yang meniru orang lain.
Imitasi atau perbuatan meniru bisa dilakukan dalam bermacam-macam bentuk.
Menurut Dr. A.M.J. Chorus, ada
syarat yang harus dipenuhi dalam mengimitasi, yaitu adanya minat atau perhatian
terhadap obyek atau subyek yang akan ditiru, serta adanya sikap menghargai,
mengagumi, dan memahami sesuatu yang akan ditiru.
b.
Sugesti
Sugesti adalah pengaruh yang diberikan oleh pihak lain,
baik itu berupa pandangan, sikap, maupun perilaku sehingga orang yang mendapat
pengaruh tersebut akan mengikutinya tanpa berpikir panjang.
c.
Identifikasi
Identifikasi adalah kecendrungan atau keinginan dalam
diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain.
d.
Simpati
Simpati adalah suatu proses yang ditandai dengan
seseorang merasa tertarik kepada orang lain serta menimbulkan dorongan untuk
memahami dan ikut merasakan yang dialami, dilakukan, atau diderita oleh orang
lain tersebut.
e.
Empati
Empati merupakan
simpati mendalam yang dapat mempengaruhi kejiwaan dan fisik seseorang.
Hal-hal tersebut di atas merupakan faktor-faktor minimal
yang menjadi dasar bagi berlangsungnya proses interaksi sosial, walaupun di
dalam kenyataannya proses memang sangat kompleks, sehingga kadang-kadang sulit
mengadakan pembedaan secara tegas antara faktor-faktor tersebut.[5]
D.
Sumber
Informasi yang Mendasari Interaksi
Goffman menyatakan bahwa seseorang akan berusaha mencari
informasi tentang orang lain yang di temuinya agar dapat mendefinisikan
situasi, Karl dan Yoles menyatakan bahwa apabila
seseorang baru menjumpai orang lain yang belum dikenal, ia akan berusaha
mencari informasi tentang orang itu. Karl dan Yoles berpendapat bahwa ada 7
sumber informasi dalam interaksi. Di antaranya sebagai berikut :
a.
Warna
Kulit
Ciri
seseorang yang dibawa sejak lahir, seperti jenis kelamin, usia, dan ras sangat
menentukan interaksi terutama pada masyarakat yang sehari-harinya berada di
lingkungan yang diskriminatif. Contohnya, di negara Afrika Selatan pada era apartheid, orang
kulit putih tidak mau berinteraksi dengan orang kulit hitam. Orang-orang kulit
putih menganggap orang kulit hitam cenderung berperilaku kriminal.
b.
Usia
Cara seseorang berinteraksi dengan orang yang lebih tua
seringkali berbeda dengan orang yang sebaya, atau dengan orang yang lebih muda.
c.
Jenis
Kelamin
Jenis kelamin juga mempengaruhi interaksi seseorang
terhadap yang lainnya. Contoh, laki-laki cenderung menghindari sekelompok
perempuan yang tengah membicarakan kosmetik atau model sepatu terbaru.
Sebaliknya, perempuan pun cenderung menghindar dari percakapan laki-laki
tentang sepak bola atau otomotif.
d.
Penampilan
Fisik
Selain warna kulit, usia, dan jenis kelamin, penampilan
fisik juga sering menjadi sumber informasi dalam interaksi sosial. Umumnya,
yang pertama kali dilihat dalam interaksi adalah penampilan fisik seseorang.
Ada beberapa penelitian yang memperlihatkan bahwa orang yang berpenampilan
menarik cenderung lebih mudah mendapatkan pasangan daripada orang dengan
penampilan kurang menarik.
e.
Bentuk
Tubuh
Menurut penelitian Wells dan Siegal, orang
cenderung menganggap bahwa terdapat kaitan antara bentuk tubuh dengan sifat
seseorang. Orang yang memiliki tubuh endomorph (bulat, gemuk) di anggap
memiliki sifat tenang, santai, dan pemaaf. Orang yang memiliki tubuh mesomorph
(atletis, berotot) dianggap memiliki sifat dominan, yakin, dan aktif. Sementara
orang yang bertubuh ectomorph (tinggi, kurus) dianggap bersifat tegang
dan pemalu.
f.
Pakaian
Sumber informasi juga dapat diperoleh dari pakaian
seseorang. Seringkali seseorang yang berpakaian seperti eksekutif muda lebih
dihormati di bandingkan dengan orang yang berpakaian seperti gelandangan.
g.
Wacana
Dari pembicaraan seseorang, kita pun dapat memperoleh
informasi-informasi tentang dirinya. Kadang-kadang kita mendengar seseorang
berbicara bahwa ia baru saja bertemu dengan direktur sebuah perusahaan terkenal
atau dengan seorang gubernur. Dari perkataan orang itu, kita bisa memperoleh
informasi tentang orang itu. Dengan kata lain, kita bisa menebak status
seseorang berdasarkan pembicaraannya, meskipun ada pula orang yang tidak
berkata tentang dirinya.
E.
Status, Peranan, dan Hubungan Individu dalam
Interaksi Sosial
1. Status dan Peranan Individu dalam Interaksi Sosial
Status dan peranan merupakan unsur-unsur dalam struktur
sosial yang mempunyai arti penting bagi sistem sosial.
Perbedaan
status mempengaruhi cara bersikap seseorang dalam berinteraksi sosial. Orang
yang menduduki status tinggi mempunyai sikap yang berbeda dengan orang yang
statusnya rendah. Status seseorang menentukan perannya dan peran seseorang
menentukan apa yang diperbuat (perilaku).
a.
Kedudukan
(Status)
Kedudukan atau status sosial merupakan posisi seseorang
secara umum dalam masyarakat dalam
hubungannya dengan orang lain. Posisi seseorang menyangkut lingkungan
pergaulan, prestige, hak-hak dan kewajibannya. Bahkan, seseorang bisa
mempunyai beberapa kedudukan karena memiliki beberapa pola kehidupan.
Menurut Ralph Linton, dalam kehidupan masyarakat
terdapat tiga macam cara memperoleh status, yaitu :
a)
Ascribed
Status merupakan status
seseorang yang dicapai dengan sendirinya tanpa memperhatikan perbedaan rohaniah
dan kemampuan. Status tersebut dapat diperoleh sejak lahir.
Contoh: anak yang lahir dari keluarga bangsawan, dengan
sendirinya langsung memperoleh status bangsawan.
b)
Achived
Status merupakan status
yang diperoleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Status ini tidak
diperoleh atas dasar keturunan, akan tetapi tergantung pada kemampuan individu
dalam mencapai tujuan-tujuannya. Jadi, status ini bersifat terbuka bagi siapa
saja.
Contoh: setiap orang bisa menjadi hakim asalkan memenuhi
persyaratan tertentu, seperti lulusan fakultas hokum, memiliki pengalaman kerja
dalam bidang hokum, dan lulus ujian sebagai hakim.
c)
Assigned
Status merupakan status
yang diperoleh dari pemberian pihak lain. Status ini diberikan karena orang
tersebut telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan
masyarakat.
Contoh: gelar pahlawan revolusi, siswa teladan, dan peraih
kalpataru.
b.
Peranan
Sosial
Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan atau status. Peranan
adalah perilaku yang diharapkan oleh pihak lain dalam melaksanakan hak dan
kewajiban sesuai dengan status yang dimilikinya. Status dan peranan tidak dapat
dipisahkan karena tidak ada peranan tanpa status dan tidak ada status tanpa
peranan.
2.
Hubungan
Individu dalam Interaksi Sosial
Secara sosiologis, seorang individu baru mempunyai arti
jika ia selalu mengadakan kontak dengan orang lain. Dalam hubungan itu terjadi
interaksi dinamis. Dengan adanya kontak, kita akan memahami keberadaan
masing-masing individu termasuk diri kita sendiri. Misalnya, apakah seseorang
mempunyai hubungan baik dengan keluarganya atau dengan masyarakat sekitarnya?
Manakah di antara keduanya yang akrab dengan orang tersebut? Apakah keluarga
atau masyarakat? Apakah orang tersebut akrab dengan kelompok primernya atau
dengan kelompok sekundernya?
Untuk mengukur akrab atau tidaknya seseorang, umumnya
digunakan sosiometri. Dari sosiometri itu dapat diketahui beberapa hal berikut.
a.
Makin
sering seseorang bergaul dengan orang lain, hubungannya akan semakin baik.
Sebaliknya, makin sedikit ia bergaul berarti ia tidak memiliki pergaulan yang
baik. Bahkan bila seseorang tidak pernah mau bergaul dengan orang lain, berarti
ia terasing dalam pergaulan atau terisolir. Sering atau tidaknya seseorang
bergaul disebut Frekuensi dalam pergaulan.
b.
Dari
dekat tidaknya seseorang dalam pergaulan dapat diketahui intensitas
pergaulannya. Makin sering seseorang bergaul dengan temannya, berarti ia makin
dekat dengan temannya itu. Sebaliknya, makin jarang seseorang bergaul dengan
temannya, berarti ia makin tidak dekat dengan temannya itu. Banyak sedikitnya
teman bergaul seseorang di dalam masyarakat disebut popularitas. Makin
seseorang banyak teman maka dikatakan ia mempunyai hubungan sosial yang baik.
c.
Dalam
pergaulan, seseorang akan memilih atau menolak siapa yang akan ia jadikan
teman. Tindakan ini disebut tindakan pemilihan.
F.
Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
Dari pembahasan sebelumnya, kita dapat menyimpulkan bahwa
ada berbagai bentuk interaksi sosial. Gillin menyebutkan dua macam
proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial, yaitu proses asosiatif
atau bersekutu (processes of association) dan disosiatif atau
memisahkan (processes of dissociation). Proses asosiatif merupakan
proses menuju terbentuknya persatuan atau integrasi sosial. Proses disosiatif
sering disebut juga sebagai proses oposisi (oppositional process) yang
berarti cara berjuang melawan seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai
tujuan tertentu.
1.
Interaksi
Sosial yang Bersifat Asosiatif
Proses asosiatif mempunyai bentuk-bentuk, antara lain :
a. Kerja Sama (cooperation)
adalah suatu usaha bersama
antarindividu atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama . ada lima bentuk
kerja sama, yaitu sebagai berikut.[6]
a)
Kerukunan
yang mencakup gotong - royong dan tolong menolong.
b)
Bargaining
c)
Kooptasi
d)
Koalisi
e)
Joint
Ventrue
b.
Akomodasi
(accommodation)
Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti, yaitu
untuk manunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses.[7] Akomodasi
merupakan usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan agar tercipta
keseimbangan.
c.
Asimilasi
(assimilation)
Asimilasi merupakan usaha-usaha untuk mengurangi
perbedaan antarindividu atau antarkelompok guna mencapai satu kesepakatan
berdasarkan kepentingan dan tujuan-tujuan bersama.
d.
Akulturasi
(acculturation)
Akulturasi adalah berpadunya dua kebudayaan yang berbeda
dan membentuk suatu kebudayaan baru dengan tidak menghilangkan ciri kepribadian
masing-masing.
2.
Interaksi Sosial yang Bersifat Disosiatif
Proses disosiatif atau oposisi dibedakan ke dalam tiga
bentuk yaitu :
a.
Persaingan
(competition)
Persaingan adalah perjuangan berbagai pihak untuk mencapai
suatu tujuan tertentu .
b.
Kontravensi
(contravention)
Kontravensi
pada hakikitnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara
persaingan dan pertentangan.
c.Pertentangan atau Konflik (conflict)
Pertentangan atau konlflik adalah suatu perjuangan
individu atau kelompok sosial untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang
pihak lain .
BAB III
KESIMPULAN
Jadi interaksi sosial merupakan inti sari kehidupan
sosial. Interaksi sosial adalah bentuk pelaksaan kedudukan manusia sebagai
makhluk sosial, artinya berbagai bentuk pergaulan sosial menjadi bukti betapa
manusia membutuhkan kebersamaan dengan orang lain. Kita sadari bahwa kita
adalah makhluk sosial saat berdiskusi dengan teman, di tegur orang tua,
bertengkar dengan tetangga dan bentuk interaksi soaial lainnya. Interaksi
sosial akan terjadi apabila adanya kontak sosial dan komunikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Nurseno. 2004. Kompetensi
Dasar Sosiologi. Solo: Tiga Serangkai.
Razali, Ahmad. 2010. Detik-Detik ujian Nasional
Sosiologi. Jakarta: Intan Pariwara.
Maryati, Kun dan Juju Suryawati. 2006. Sosiologi untuk
SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Esis.
Soekanto, soerjono. 2008. Sosiologi Suatu Pengantar.
Rajawali Pers
Setiadi, Elly M. dan Usman Kolip. 2011. Pengantar
Sosiologi. Jakarta : Kencana
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi.
Jakarta : Lembaga Penertbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
* Makalah ini di presentasikan oleh Zusrini, Soraya
Dwi Kartika, Nida Nur Azizah dan Aditya Fajar Setiawan pada hari selasa 11
Oktober 2011
[1] Gillin dan Gilln Cultural Sociology,
a revision of An Introduction to Sociology, (New York. The Macmillan Company,
1954), hlm 489.
[2] Kingsley Devis: Human Society, (New York:
The Macmillan Company, 1960), hlm 149
[3] M.J. Heerskovits membedakan socialization
dengan enculturation. Socialization adalah suatu proses di mana
seorang anak menyesuaikan menyesuaikan diri dengan norma-norma dalam
keluarganya, sedangkan enculturation dipahamkannya sebagai suatu proses
dimana orang, secara sadar maupun tidak sadar, mempelajari seluruh kebudayaan
masyarakat.
[4] Emory S. Bogardus: Sociology, (New York,
The Macmillan Company, 1961), hlm 253.
[5] Soerjono Soekanto.”factor-faktor Dasar
Interaksi Sosial dan Kepatuhan dan Kepatuhan pada Hukum. Hukum Nasional,
Nomor 25, 1974.
[6] Lihatlah James D. Thompson – William. J.
McEwen: “Organization Goals and Environments: Goal Setting as an Interaction
Process”, American Sosiological Review Februari 1958, vol. 23 No. 1, hlm
23_31, yang dikutip dalam Setangkai Bunga Sosiologi hlm. 235-250
[7] Kimball Young dan Raymond W. mack, op.
cit., hlm 146 dan seterusnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar