BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran tematik merupakan suatu strategi
pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan
pengalaman yang bermakna kepada siswa. Keterpaduan pembelajaran ini dapat
dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar
mengajar.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan
siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga
siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan
terlatih untuk dapat menemukan
sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka
pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori
pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang
menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan
dan perkembangan anak.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep
belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru
perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi
kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan
unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan
konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga
siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan
penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat membantu siswa,
karena sesuai dengan tahap perkembangannya siswa yang masih melihat segala
sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik).
B. Rumusan Masalah
Dilihat
dari latar belakang diatas adapun rumusan masalahnya, yaitu :
1.
Apakah pengertian tematik ?
2.
Apakah landasan yuridis pembelajaran tematik ?
3.
Mencakup apa sajakah Ruang lingkup pembelajaran tematik ?
4.
Apakah karakteristik pembelajaran tematik ?
5.
bagaimanakah
rambu-rambu pembelajaran tematik ?
6.
Apakah hakikat pembelajaran tematik ?
7.
Apakah arti penting pembelajaran tematik ?
8.
apakah kelebihan pembelajaran tematik ?
9.
kurikulum apakah yang digunakan dalam pembelajaran
tematik ?
10.
bagaimanakah langkah-langkah pemilihan tema ?
11.
Bagaimakah cara penyusunan pembelajaran tematik ?
12.
Bagaimanakah strategi pembelajarannya ?
13.
Bagaimanakah pengolahan kelasnya ?
14.
Bagaimanakah penutup pembelajaran tematik ?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
a. Tujuan
Penulisan
Tujuan utama pembuatan makalah ini untuk memenuhi nilai
mata kuliah Strategi Pembelajaran. Selanjutnya untuk memaparkan tentang
pengertian pembelajaran tematik dan prinsip-prinsipnya yang dilakukan pada
sekolah dasar.
b. Manfaat
Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah
penulisan dan pembaca lebih memahami mengenai pembelajaran tematik dan
prinsip-prinsipnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Tematik
Kata ini berasal dari kata Yunani tithenai yang berarti
“menempatkan” atau “meletakkan” dan kemudian kata itu mengalami perkembangan
sehigga kata tithenai berubah menjadi tema.
Menurut arti katanya tema berarti ” sesuatu yang telah
diuraikan ” atau “ sesuatu yang telah ditempatkan”(Gorys Keraf,2001;107).
Pengertian secara luas, bahwa tema merupakan alat atau
wadah untuk mengenalkan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh. Dalam
pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu
kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik dan membuat
pembelajaran lebih bermakna. Penggunaan tema dimaksudkan agar anak mampu
mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas.
Pembelajaran tematik merupakan suatu strategi
pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan
pengalaman yang bermakna kepada siswa. Keterpaduan pembelajaran ini dapat
dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar
mengajar. Jadi pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang
menggunakan tema sebagai pemersatu materi dalam beberapa mata pelajaran
sekaligus dalam satu kali pertemuan.
Pengertian pembelajaran terpadu dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1.
Pembelajaran yang berangkat dari suatu tema tertentu
sebagai pusat yang digunakan untuk memahami gejala-gejala, dan konsep-konsep,
baik yang berasal dari bidang studi yang bersangkutan maupun dari bidang studi
lainnya.
2.
Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubung berbagai
bidang studi yang mencerminkan dunia riil di sekeliling dan dalam rentang
kemampuan dan perkembangan anak.
3.
Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan anak secara simultan
4.
Menggabungkan suatu konsep dalam beberapa bidang studi
yang berbeda dengan harapan anak akan belajar lebih baik dan bermakna.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan
siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga
siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan
terlatih untuk dapat menemukan
sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman
langsung siswa akan memahami
konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang
telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi
Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna
dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan
konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu,
guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi
kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan
unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual
antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan
memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan
pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai
dengan tahap perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai
satu keutuhan (holistik).
2.2
Landasan
Yuridis Pembelajaran Tematik
Landasan yuridis bagi pembelajaran tematik berkaitan
dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran
tematik di sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah. Landasan yuridis tersebut antara
lain adalah:
1.
Dalam undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak dinyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan
pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya.
Sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). Undang-undang ini digunakan karena
dengan menggunakan pembelajaran tematik, dapat mengoptimalkan pendidikan dan
pengajaran anak didik sejak dini sehingga dapat memenuhi tuntutan global dan
disesuaikan dengan tingkat kecerdasan serta kebutuhan siswa. Selain itu,
pembelajaran tematik juga mampu menggali bakat dan potensi anak yang
memungkinkan pembelajarannya bisa lebih bermakna dan sesuai dengan tingkat perkembangan
anak (goldenage).
2.
Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
Nasional (Bab V Pasal 1b) menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap
satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat,
minat, dan kemampuannya. Undang-undang ini cocok digunakan sebagai landasan
yuridis pembelajaran tematik karena pembelajaran tematik dapat mewadahi
kebutuhan belajar anak yang diintegrasikan dengan bakat dan minat siswa disemua
sekolah atau satuan pendidikan dan tak terkecuali para siswa-siswi yang kurang
beruntung atau kurang mampu secara finansial.
2.3
Ruang
Lingkup Pembelajaran Tematik
Pembelajaran
tematik tidak bisa diterapakan pada semua tingkatan kelas serta seluruh bidang
studi, ada batasan-batasan tersendiri atau ruanglingkup tersendiri yang menjadi
sasaran pembelajaran tematik, baik tingkatan kelas atau bidang studi. Adapaun
ruanglingkup tersebut adalah sebagai berikut: pada tingkatan kelas tematik
diberikan pada kelas I-III sekolah dasar dan pada bidang studi pada bahasa
Indonesia, matematika, ilmu pengetahuan alam, pendidikan kewarganegaraan, ilmu
pengetahuan social, kerajinan tangan dan kesenian, serta pendidikan jasmani. Sedangkan
ciri-ciri pembelajaran tematik adalah sebagai berikut:
1.
Berpusat pada
anak didik;
2.
Memberikan
pengalaman langsung kepada anak didik;
3.
Pemisahan
antara mata pelajaran tidak begitu nyata dan jelas;
4.
Menyajikan
suatu konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran
5.
Bersifat
fleksibel;
6.
Hasil
pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak didik.
2.4
Karakteristik
Pembelajaran Tematik
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah SD/MI
pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
1.
Berpusat pada siswa
Pembelajara tematik berpusat pada siswa (Student centered),
hal ini sesuai dengan pendekatan pembelajaran modern yang lebih banyak
menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Sedangkan guru lebih banyak berperan
sebagai fasilitator, yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk
melakukan aktifitas belajar.
2.
Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung
(direct experiences). Dengan pengalaman lansung ini, siswa diharapkan pada
sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-halyeng lebih
abstrak.
3.
Pemisahan pelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran
menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan
tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4.
Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari
berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian siswa
mampu memaham konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk
membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari.
5.
Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana
guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran
yang lainya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa ke dalam lingkungan
tempat seklah dan siswa berada.
6.
Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan
siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang
dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
7.
Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan
menyenangkan.
2.5
Rambu-rambu
pembelajaran Tematik
Adapun rambu-rambu pembelajaran tematik adalah sebagai
berikut:
1.
Tidak semua mata pelajaran harus disatukan.
2.
Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas
semester
3.
Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, tidak harus
dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak dapat diintegrasikan dibelajarkan secara
tersendiri.
4.
Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu
harus tetap diajarkan baik melalui tem lain maupun disajikan secara tersendiri.
5.
Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca,
menulis, dan berhitung serta pananaman nilai-nilai moral.
6.
Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik
siswa, lingkungan dan daerah setempat.
Sedangkan prinsip-prinsip pemilihan tema adalah sebagai
berikut:
1.
Kedekatan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema
yang terdekat dengan kehidupan anak kepada tema yang semakin jauh dari
kehidupan anak.
2.
Kesederhanaan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari
tema-tema yang sederhana, dari tema-tema yang lebih rumit bagi anak.
3.
Kemenarikan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari
tema-tema yang menarik minat anak kepada tema-tema yang kurang menarik minat
anak.
4.
Keinsidentalan, artinya peristiwa atau kejadian di
sekitar anak (sekolah) yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung,
hendaknya dimasukkan dalam pembelajaran, walaupun tidak sesuai dengan tema yang
dipilih pada hari itu.
2.6
Hakikat
Pembelajaran Tematik
Istilah dan pengertian Pembelajaran Tematik sebagai model
pembelajaran termasuk salah satu tipe atau jenis daripada model pembelajaran
terpadu. Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran
terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga
dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
John dewey mengungkapkan bahwa pembelajaran terpadu
adalah pendekatan untuk mengembangkan pengetahuan siswa dalam pembentukan
pengetahuan berdasarkan pada interaksi dengan dan pengalaman kehidupannya.
Menurut. raka joni bahwa pembelajaran terpadu merupakan suatu system
pembelajaran yang memungkinkan siswa secara individual maupun kelompok aktif
mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistic,
bermakna, dan otentik.
Lebih lanjut hadi subroto
menegaskan, pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang diawali dengan
suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan yang
lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, yang dilakukan secara
spontan atau direncanakan, baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan dengan
beragam pengalaman belajar siswa, maka pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Maka pada umumnya pembelajaran tematik/terpadu adalah pembelajaran yang
menggunakan tema tertentu untuk mengaitkan antara beberapa isi mata pelajaran
dengan pengalaman kehidupan nyata sehari-hari siswa sehingga dapat memberikan
pengalaman bermakna bagi siswa.
Keuntungan dari penerapan pembelajaran tematik : pertama,
mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu. Kedua, siswa mampu
mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata
pelajaran dalam tema yang sama. Ketiga, pemahaman terhadap materi pelajaran
lebih mendalam dan berkesan. Keempat, kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih
baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta
didik. Kelima, Peserta didik lebih mampu merasakan manfaat dan makna belajar.
Keenam, siswa lebih bergairah dalam belajar. Ketujuh, guru dapat menghemat
waktu dalam mengajar.
Berdasarkan bebagai pengertian tersebut di atas, dapatlah
diambil kesimpulan bahwa pembelajaran tematik/terpadu merupakan suatu model
pembelajaran yang memadukan beberapa matei pembelajaran dari berbagai standard
kompetensi dasar dari satu atau beberapa mata pelajaran. Penerapan pembelajaran
ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yakni penentuan berdasarkan keterkaitan
standar kompetensi dan kompetensi dasar, tema, dan masalah yang dihadapi.
2.7
Arti
Penting Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik, sebagai model pembelajaran memiliki
arti penting dalam membangun kompetensi peserta didik, antara lain: pertama,
pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses
belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh
pangalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai
pengetahuan yang dipelajarinya. Kedua, pembelajaran tematik lebih menekankan
pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu.
Selain itu juga
ada beberapa alasan yang mendasari pembelajaran tematik memiliki arti penting,
antara lain: petama, Dunia anak adalah dunia nyata. Kedua, Proses pemahaman
anak terhadap suatu konsep dalam suatu peristiwa/obyek lebih terorganisir.
Ketiga, Pembelajran akan lebih bermakna. Keempat, Memberi peluang siswa untuk
mengembangkan kemampuan diri. Kelima, Memperkuat kemampuan yang diperoleh.
Keenam, Efisiensi waktu.
Menurut Kunandar, Pembelajaran tematik mempunyai
kelebihan yakni: petama, Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan
peserta didik. Kedua, Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang
relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik. Ketiga, Hasil
belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna. Keempat,
Mengembangkan keterampilan berpikir peserta didik sesuai dengan persoalan yang
dihadapi. Kelima, Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama. Keenam,
Memiliki sikap toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain. Ketujuh,
Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi
dalam lingkungan peserta didik.
Selain kelebihan di atas pembelajaran tematik memiliki
beberapa kelemahan. Kelemahan pembelajaran tematik tersebut terjadi apabila
dilakukan oleh guru tunggal. Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai
secara mendalam penjabaran tema sehingga dalam pembelajaran tematik akan merasa
sulit untuk mengaitkan tema dengan mateti pokok setiap mata pelajaran. Di
samping itu, jika skenario pembelajaran tidak menggunakan metode yang inovatif
maka pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tidak akan tercapai
karena akan menjadi sebuah narasi yang kering tanpa makna.
2.8
Kelebihan
Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik memiliki kelebihan dan arti yang
penting, yakni:
1.
Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan
anak didik;
2.
Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang
relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak didik;
3.
Hasil belajar dapat bertahan lama, karena lebih berkesan
dan bermakna;
4.
Mengembangkan keterampilan berfikir anak didik sesuai
dengan persoalan yang dihadapi;
5.
Menumbuhkan keterampilan social melalui kerja sama;
6.
Memiliki sikap toleransi, komunikasi, dan tanggap
terhadap gagasan orang lain;
7.
Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan
persoalan yang dihadapi dalam lingkungan anak didik.
2.9
Kurikulum
yang Digunakan dalam Pembelajaran Tematik
Model kurikulum pembelajaran terpadu menurut beberapa
ahli kurikulum menyatakan bahwa yang termasuk di dalam pembelajaran tematik
meliputi pengorganisasian dan klasifikasinya.
1.
Pengorganisasian Kurikulum
Pengorganisasian kurikulum pembelajaran tematik merupakan
perpaduan antara dua kurikulum atau lebih sedemikian hingga menjadi suatu
kesatuan yang utuh, dan dalam aplikasi pada kegiatan pembelajaran diharapkan
dapat menggairahkan proses pembelajaran serta pembelajaran menjadi lebih
bermakna karena senantiasa mengaitkan dengan kegiatan praktis sehari-hari
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Pengertian kurikulum menurut Soedjadi dalam Darwin (2001)
menyatakan bahwa kurikulum adalah sekumpulan pokok-pokok materi ajar yang
direncanakan untuk memberi pengalaman tertentu kepada siswa-siswi agar mampu
mencapai tujuan.
Dilihat dari organisasi kurikulum pada umumnya, ada tiga
tipe kurikulum pembelajaran, yakni:
a.
Separated Subjeck Curriculum
Tipe ini bahan dikelompokkan
pada mata pelajaran yang sempit, di dalamnya antara mata pelajaran yang satu
dengan yang lainnya menjadi terpisah-pisah, terlepas dan tidak mempunyai kaitan
sama sekali. Contoh yang paling sering ditemui dalam dunia pendidikan adalah
kurikulum yang biasa diterapkan pada sekolah menengah. Pelajaran geografi,
sejarah, matematika, bahasa indonesia, biologi, fisika dan pelajaran yang lain
diajarkan secara terpisah sesuai dengan kajian bidang ilmu masing-masing.
b.
Correlated Curriculum
Correlated curriculum adalah
suatu bentuk kurikulum yang menunjukkan adanya suatu hubungan antara satu mata
pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, tetapi tetap memperhatikan ciri
(karakteristik) tiap bidang studi tersebut. Contohnya yaitu dengan mengumpulkan
bidang study sejarah, ekonomi, geografi dan sejenisnya kedalam mata pelajaran
IPS. Model kurikulum ini cocok bila diterapkan pada SD/MI kelas tinggi yang
sudah mampu berpikiran lebih tinggi dari pada anak SD/MI kelas rendah, selain
itu juga untuk memudahkan siswa-siswi SD/MI kelas tinggi untuk mempersiapkan
ujian kelulusan mereka dan mendewasakan
pikirannya.
Hubungan (korelasi) antar mata pelajaran tersebut dapat
dilakukan melalui beberapa cara, yaitu:
a)
Incidental, artinya secara kebetulan ada hubungan antar
mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lainnya.
b)
Hubungan yang lebih erat. Misalnya, suatu pokok
permasalahan yang diperbincangkan dalam berbagai bidang studi.
c)
Batas mata pelajaran disatukan dan difungsikan, yaitu
dengan menghilangkan batasan masing-masing mata pelajaran tersebut, disebut
dengan Broad Field.
c.
Integrated
Curriculum
Secara istilah, integrasi memiliki sinonim dengan
perpaduan, penyatuan, atau penggabungan, dari dua objek atau lebih (Wedawaty
(1990) dalam Darwin (2001). Hal ini sejalan dengan pengertian yang dikemukakan
oleh Poerwardarminta (1997), integrasi adalah penyatuan supaya menjadi satu
kebulatan atau menjadi utuh.
Dalam integrated curriculum, pelajaran dipusatkan pada
suatu masalah atau topik tertentu, misalnya suatu masalah dimana semua mata
pelajaran dirancang dengan mengacu pada topik tertentu. Apa yang disajikan di
sekolah, disesuaikan dengan kehidupan siswa-siswi di luar sekolah. Biasanya
bentuk kurikulum semacam ini dilaksanakan melalui pelajaran unit, dimana suatu
unit mempunyai tujuan yang mengandung makna bagi siswa-siswi yang dituangkan
dalam bentuk masalah. Untuk memecahkan masalah, pebelajar diarahkan untuk
melakukan kegiatan yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Integrated Curriculum menurut Nurdin, S, dan Usman, B.M,
memiliki kelemahan dan kelebihan.
Kelebihan dan manfaatnya yaitu:
a)
Segala permasalahan yang dibicarakan dalam unit sangat
bertalian erat.
b)
Sangat sesuai dengan perkembangan modern tentang
belajar-mengajar.
c)
Memungkinkan adanya hubungan antara sekolah dengan
masyarakat.
d)
Sesuai dengan ide demokrasi,
e)
Penyajian bahan disesuaikan dengan kesanggupan
(kemampuan) individu, minat, dan kematangan siswa-siswi baik secara individu
maupun secara kelompok.
Sedangkan kelemahan integrated curriculum ini adalah:
a)
Guru tidak dilatih melakukan kurikulum semacam ini.
b)
Organisasinya tidak logis dan kurang sistematis.
c)
Terlalu memberatkan tugas-tugas guru.
d)
Kurang memungkinkan untuk dilaksanakan ujian umum.
e)
Siswa-siswi dianggap tidak mampu ikut serta dalam
menentukan kurikulum
f)
Sarana dan prasarana yang kurang memadai yang dapat
menunjang pelaksanaan kurikulum tersebut.
2.
Klasifikasi Pengintegrasian Tema
Menurut Fogarty (1991),
jika dilihat dari segiklasifikasi
pengintegrasian tema atau materinya terdapat sepuluh model pembelajaran terpadu
yaitu the fragmented model, the connected model, the nested model, the
sequenced model, the shared model, the webbed model, the threaded model, the
integrated model, the immersed model dan the networked model. Kemudian secara
umum dari kesepuluh model pembelajaran terpadu tersebut dikelompokkan lagi
menjadi tiga klasifikasi pengintegrasian kurikulum antara lain:
a. Pengintegrasian
di dalam satu disiplin ilmu (interdisiplin ilmu)
Dalam model pembelajaran ini yang ditautkan adalah dua
atau lebih bidang ilmu yang serumpun. Contohnya pada bidang ilmu sosial,
menautkan antara dua tema dalam sejarah dan geografi yang memiliki relevansi.
Dengan begitu dapat dikatakan bahwa model ini sifat perpaduannya hanya dalam
satu rumpun bidang studi.
b. Pengintegrasian
beberapa disiplin ilmu (antar disiplin ilmu)
Model pembelajaran ini menautkan antar disiplin ilmu yang
berbeda. Contohnya antara tema yang ada dalam ilmu social dengan bidang ilmu
alam. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam model ini suatu tema tersebut
dapat dikaji dari dua sisi bidang ilmu yang berbeda (antar disiplin ilmu).
c. Pengintegrasian
di dalam satu dan beberapa disiplin ilmu (multi disiplin ilmu)
Model pembelajaran ini merupakan gabungan dari dua model
pengintegrasian yang telah dibahas sebelumnya. Model ini menautkan antar bidang
ilmu yang serumpun maupun bidang ilmu yang berbeda. Misalnya tema kebersihan
yang dalam pengajarannya dapat dihungkan dengan bidang studi agama, teknologi,
matematika, ilmu social maupun ilmu alam. Dengan begitu semakin mudah dalam
menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa, hal ini dikarenakan pada
dasarnya tak ada satu pun permasalahan yang dapat ditinjau hanya dari satu sisi
saja dan hal inilah yang menjadi prinsip utama dalam pembelajaran terpadu.
2.10
Langkah
pemilihan Tema
1.
Mengidentifikasi tema yang sesuai dengan hasil belajar
dan indicator dalam kurikulum;
2.
Menata dan mengurutkan tema berdasarkan prinsip-prinsip
pemilihan tema;
3.
Menjabarkan tema ke dalam sub-sub tema agar cakupan tema
tidak terlalu luas;
4.
Memilih subtema yang sesuai.
5.
Sedangkan maksud dari pemilihan tema bertujuan agar anak
didik dapat:
6.
mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik
tertentu;
7.
mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi mata pelajaran dalam tema sama;
8.
lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi
dalam situasi yang nyata;
9.
lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi
yang disajikan dalam kontek tema yang jelas;
10. mengembangkan
kompetensi berbahasa lebih baik dengan menghubungkan berbagai mata pelajaran
lain dengan pengalaman pribadi peserta didik;
11. guru dapat menghemat waktu karena mata
pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan
diberikan dalam 2 atau 3 kali pertemuan atau pengayaan;
12. memiliki
pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
13. budi
pekerti dan moral anak didik dapat ditumbuhkan dengan mengangkat sejumlah nilai
budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.
2.11
Langkah-langkah
Penyusunan Pembelajaran Tematik
1.
Pemetaan Kompetensi Dasar
Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran
secara menyeluruh dan utuh dari semua standar kompetensi dan kompensi dasar
dari beberapa mata pelajaran yang dipadukan.
Dalam melakukan pemetaan dapat dilakukan dengan dua cara,
yakni sebagai berikut:
a.
Cara pertama, mempelajari standar kompetensikan dan
kompetensi dasar yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan
dengan mengidentifikasi kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran yang
dapat dipadukan. Setelah itu melakukan penetapan tema pemersatu. Contoh format
pemetaan cara pertama sebagai berikut:
b.
Cara kedua, menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat
keterpaduan, dilanjutkan dengan mengidentifikasi kompetensi dasar dari beberpa
mata pelajaran yang cocok dengan tema yang ada.
Dari kedua cara pemetaan yang dilakukan, terdapat
kegiatan yang harus dilakukan, yaitu menentukan tema sebagai alat atau wahana
pemersatu dari standar kompetensi dari setiap mata pelajaran yang dipadukan.
Dalam penentuan tema dapat ditentukan sendiri oleh guru dan /atau bersama
siswa. Dengan demikian untuk menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa
prinsip yaitu:
a) Memperhatikan
lingkungan yang terdekat dengan siswa;
b) Memulai
dari yang termudah menuju yang sulit;
c) Dari
yang sederhana menuju ke yang komplek;
d) Dari
yang konkrit menuju ke yang abstrak;
e) Tema
yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada siswa;
f) Ruang
lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangannya siswa, termasuk minat,
kebutuhan, dan kemampuannya.
Ruang lingkup tema yang ditetapkan sebaiknya tidak
terlalu luas atau terlalu sempit. Tema yang terlalu luas bisa dijabarkan lagi
menjadi anak tema atau subtema yang sifatnya lebih spesifik dan lebih konkrit.
Anak tema atau subtema tersebut selanjutnya dapat dikembangkan lagi menjadi
suatu materi/isi pelajaran. Bila digambarkan akan tampak seperti di bawah ini.
Sebagai contoh adalah:
· Tema
“PENGALAMAN” dapat dikembangkan menjadi anak tema: (1) pengalaman menyenangkan,
(2) pengalaman menyedihkan, (3) Pengalaman lucu.
· Tema
“ALAT TRANSPORTASI” dapat dikembangkan menjadi anak tema: (1) alat transportasi
darat, (2) alat transportasi laut (3) alat transportasi udara.
· Tema
“PERISTIWA ALAM” dapat dikembangkan menjadi anak tema: (1) banjir, (2) gempa
bumi, (3) gunung meletus, (4) tanah longsor, (5) terjadinya tsunami, dan
sebagainya.
2.
Menetapkan Jaringan Tema
Setelah melakukan pemetaan, dapat dibuat jaringan tema,
yaitu menghubungkan kompetensi dasar dengan tema pemersatu, dan mengembangkan
indikator pencapaiannya untuk setiap kompetensi dasar yang terpilih. Dengan
jaringan tema tersebut, akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar, dan
indikator dari setiap mata pelajaran.
Kompetensi dasar dan materi yang luas dan tersebar pada
masing-masing mata pelajaran dapat mengakibatkan pemahaman yang parsial dan
tidak terintegrasi, padahal memiliki jalinan konsep yang saling mendukung.
Berikut diberikan contoh jaringan tema keterhubungan kompetensi dasar dengan
tema pemersatu “BINTANG” dalam bagan dan matriks di bawah ini.
3.
Penyusunan Silabus Pembelajaran Tematik
Silabus dikembankan dari jaringan tema. Silabus dapat
dirumuskan untuk keperluan satu minggu atau dua minggu, tergantung pada
keluasan dan kedalaman kompetensi yang diharapkan. Silabus merupakan penjabaran
lebih lanjut dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai,
dan pokok-pokok materi yang perlu dipelajari siswa. Tahapan dalam menyusun
silabus perlu didasarkan pada matrik/bagan keterhubungan yang telah
dikembangkan.
Kompetensi dasar setiap mata pelajaran yang tidak bisa
dikaitkan dalam pembelajaran tematik disusun dalam silabus tersendiri. Format
silabus disusun dalam bentuk matriks dan memuat mata pelajaran yang akan
dipadukan, kompetens dasar, indicator (dirumuskan oleh guru) yang akan dicapai,
pengalaman belajar, materi pokok, Strategi atau langkah-langkah pembelajaran
yang akan dilakukan, alokasi waktu yang dibutuhkan, dan sumber bahan pustaka
yang dijadikan rujukan.
4.
Penyusunan Rencana Pembelajaran/Desain Pembelajaran
Tematik.
Tahap terakhir dari penyusunan perencanaan pembelajaran
tematik adalah penjabaran silabus ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
Sedangkan komponen rencana pembelajaran tematik meliputi:
a
Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan
dipadukan, kelas, semester, waktu/banyaknya jam,yang dialkasikan;
b
Kompetensi dasar dan indicator yang hendak dicapai;
c
Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari
siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indicator;
d
Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara
konkrit yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi
pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indicator,
kegiatan ini tertuang dalam pembukaan, inti, dan penutup).
e
Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar
pencapaian kompetensi dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran tematik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai;
f
Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrument yang
akan digunakan untuk menilai pencapaian belajar siswa, serta tindak lanjuthasil
penilaian).
g
Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang
akan digunakan untuk menilai pencapaian belajar siswa beserta petunjuk serta
tindak lanjut dari hasil penilaian).
2.12
Strategi
pembelajaran
Rancangan pembelajaran dikembangkan dalam tiga tahapan
kegiatan, yaitu kegiatan awal/pembukaan, kegiatan inti, dan kegiatan
akhir/penutup. Dari ketiga kegiatan tersebut terurai sebagai berikut:
a.
Kegiatan Pendahuluan/ Awal
Kegiatan inidilakukan terutama untuk menciptakan suasana
awal pembelajaran untuk mendorong siswa menfokuskan dirinya agar mampu
mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Pada kegiatan ini waku yang
dialokasikan berkisar antara 5 – 10 menit menit. Kegiatan yang dilakukan adalah
apersepsi (mengajukan pertanyaan tentang mata pelajaran yang telah dipelajari
siswa), mengomentari jawaban siswa iatas pertanyaan dan dilanjutkan dengan
materi yang saat itu akan dipelajari.
b.
Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan kegiatan pembelajaran dalam
rangka pembentukan pengalaman belajar siswa (learning experiences). Yaitu
membahas tentang tema yang akan disajikan beserta bahan pembelajaran yang akan
dipelajari dan alternative kegiatan belajar yang akan dilakukan siswa.
Dalam pemilihan kegiatan pembelajaran diutamakan pada
kegiatan-kegiatan yang kadar aktifitasnya tinggi. Yaitu yang berorientasi pada
aktivitas siswa. Sedangkan guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator.
Penyajian bahan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan berbagai
strategi/metode yang bervariasi dan dapat dilakukan secara klasikal, kelompok
kecil atau bahkan perseorangan.
c.
Kegiatan penutup /Akhir
Kegiatan akhir yang dapat dilakukan adalah menyimpulkan
hasil pembelajaran yang telah dilakukan, menjelaskan kembali pelajaran yang
dianggap sulit oleh siswa, melakukan penilaian, dan melakukan tindak lanjut
dengan pemberian tugas kepada siswa atau latihan yang harus dikerjakan siswa di
rumah, memberikan motivasi pada siswa dan menutup kegiatan pembelajaran.
2.13
Pengelolaan
Kelas
Agar
kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan optimal, perlu
dilakukan pengeloalaan kelas yang baik seperti hal-hal berikut:
a.
Suasana ruangan
Ruang kelas perlu diatur sesuai dengan tema yang sedang dilaksanakan.
Bila pada saat tema yang diberikan adalah alat transportasi (kendaraan), maka
suasana dalam ruang kelas perlu dilengkapi berbagai bentuk gambar-gambar
kendaraan, atau mainan berbagai kendaraan.
b.
Metode yang akan digunakan
Beberapa metode dapat digunakan dalam pembelajaran
tematik, antara lain pemberian tugas, metode proyek, karya wisata, bermain
peran, domonstrasi, percobaan sederhana, bercakap-cakap, Tanya jawab,
bercerita, dan sebagainya.
c.
Pengelolaan kegiatan
Kegiatan dapat dilaksanakan dalam bentuk klasikal,
kelompok, berpasangan, dan perseorangan.
d.
Pengorganisasian ruangan
Pengaturan ruangan perlu dikelola agar suasana belajar
menyenangkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan anatara lain sebagai berikut:
·
Suasana bangku siswa mudah untuk dirubah.
·
Siswa tidak selalu duduk di kursi, tetapi dapat duduk di
karpet/lantai.
·
Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik
dalam kelas maupun di luar kelas.
·
Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil
karya siswa.
·
Alat, sarana, dan sumber belajar hendaknya dikelola
dengan baik , sehingga memudahkan siswa untuk menggunakan dan menyimpannya
kembali.
2.14
Penutup
Kurikulum Tahun 2013 sebentar lagi akan kita laksanakan
bersama, apapun perubahannya kita perlu mengikuti dan menindaklanjuti perubahan
itu. Pemerintah dalam hal ini Mendiknas dalam melakukan perubahan itu tentunya
sudah berusaha semaksimal mungkin untuk kebaikan dan kemajuan pendidikan di
negeri ini. Kurikulum 2013 yang merupakan perbaikan dari kurikulum sebelumnya
akan mengedepankan praktek dan bukan sekedar menghafal pelajaran. Di samping
itu juga mengaplikasikan pembelajaran yang menyenangkan atau pembelajaran
PAIKEM.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran
tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa mata
pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Keterpaduan
pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum,
dan aspek belajar mengajar.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan
siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga
siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan
terlatih untuk dapat menemukan
sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman
langsung siswa akan memahami
konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang
telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi
Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna
dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.
Pembelajaran tematik lebih
menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by
doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar
yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang
menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih
efektif. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk
skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan.
B.
Saran
Saran kami
sebagai penulis adalah cobalah untuk lakukan dengan baik bagaimana
prinsip-prinsip pembelajaran tematik dan hakikat dari pembelajaran tematik itu
sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar